17 - The Gods were Gone

295 38 5
                                    

Jendela kamar sengaja dibiarkan terbuka sedikit untuk membiarkan semilir angin masuk. Tidak ada penerangan apapun di ruangan itu selain remang cahaya rembulan. Kebetulan langit sedang bersih tanpa awan, sehingga kerlipan bintang bisa turut menghias malam.

Penghuni dari kedua single bed itu masih sama-sama terjaga. Entah mengapa kantuk tidak kunjung datang meski badan telah menyatu dengan selimut tebal dan ucapan selamat tidur telah dilayangkan.

"Solar, kau belum tidur?" Thorn memutuskan untuk buka suara.

"Belum. Ada apa?" Bukan tidak lelah, tentu saja Solar mengantuk. Hanya saja isi kepalanya masih terlalu bising dan mencegahnya untuk terlelap.

"Bolehkah.. aku bertanya sesuatu?"

Solar terdiam sejenak, paham pasti pertanyaan itu bukan hal sepele. "Tanyakan saja."

"Sebenarnya apa yang kamu selidiki disana? Sampai mengorbankan waktumu untuk pulang." Terbesit nada kesal di penggalan kalimat terakhir yang Solar tangkap dengan jelas.

Di satu sisi dia merasa gemas mendengarnya, sementara di sisi lain dia juga merasa bersalah. "Tidak ada yang tulus di dunia ini jika membahas kekuatan besar yang ada di tangan kita sekarang, jadi aku memutuskan mencari tahu hubungan Shadow Agent dengan Demigod."

Solar menarik senyum di bibirnya sekilas, "Dan, yah.. aku justru mendapat jackpot hari itu. Masa dimana kehancuran keseimbangan dunia dimulai, yang tidak berhasil diliput sejarawan mana pun, catatan itu jusrtu ditemukan di arsip penting Shadow Agent."

"Bagaimana bisa? Raibnya Dua Dewa? Mereka punya catatan tentang kejadian itu?" Thorn sampai beranjak dari tidurnya, dia selalu berambisi jika itu berkaitan dengan informasi rahasia, anggota sejati divisi pengawasan.

Kejadian itu adalah kejadian seribu tahun lalu, dimana dua dewa yang berkuasa atas bumi lenyap tanpa jejak. Masa itu tidak ada penerangan, langit berawan kelabu selama lima hari tanpa henti. Kabut misterius menghantui seluruh daratan dan lautan, bahkan memburuk di sejumlah titik. Dan setelah 'krisis' lima hari itu, segel Demigod muncul secara misterius di Hutan Lingkar.

Dan setiap kali Demigod dibangkitkan, 'krisis' kembali melanda beberapa titik di bumi. Contohnya saat Demigod dibangkitkan dua belas tahun lalu, kabut menyerang sebuah desa tempat tinggal klan Kaizo dan melenyapkan semua orang disana dalam semalam saja.

"Aku mengerti, itu pasti sangat mencurigakan. Lalu apa yang tertulis di arsipnya?" Thorn kembali pada posisi tidurnya dan membetulkan selimutnya.

"Aku tidak dapat banyak informasi dari sana, arsipnya rusak." Solar menggeleng. Atau mungkin memang sengaja dirusak, tambahnya di dalam hati.

"Aku baru dapat informasi bagus. Kemungkinan, dalang dari semua ini bukan Bora Ra." Ucap Solar memandang langit-langit kamar.

"Bukan si bejat itu? Memangnya ada lagi yang lebih kejam dari dia?" Sahut Thorn dengan nada jengkel.

"Entah. Tapi kurasa dia punya semacam.. mentor pribadi."

"Huh?" Thorn semakin bingung.

Solar terkekeh pelan melihat wajah lucu Thorn. "Aku masih mencari informasi lebih lanjut, Kak. Kita diskusikan lagi lain kali."

"Solar," Thorn menarik piyama Solar. Jarak antara kasur mereka tidak begitu jauh, hanya dipisahkan meja kecil untuk lampu tidur. Jadilah tangan Thorn masih cukup untuk meraih lengan adiknya.

"Hm?" Solar hampir saja tertidur padahal.

"Tidur bersamaku. Aku tidak terima penolakan." Ucapnya dengan pipi menggembung lucu.

Membuat Solar mengembangkan senyumnya meski kantuk berat. "Ayolah, kasur kita bahkan hanya berjarak setengah meter."

"Aku tidak peduli. Aku mau kau tidur disampingku." Ujarnya masih dengan nada merengek.

I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang