"Oh, Solar. Kau disini? Aku mencarimu, kau meninggalkan kami begitu saja." Sapa Kiki Ta pada Solar yang tengah duduk termenung mengasah belatinya yang baru dia ambil dari ruang senjata. Jangankan menjawab, melirik saja Solar enggan. Kehadiran Kiki Ta tidak dianggap olehnya.
Kiki Ta menghembuskan nafas pelan. Sedikit-banyak dia bisa memperkirakan sekiranya apa yang tadi terjadi dan menghancurkan suasana Solar seperti ini. "Kalau begitu, dimana ponsel itu?"
"Hancur." Solar melirik kepingan-kepingan ponsel yang sudah tidak lagi berbentuk di meja. Ponsel itu hancur bersama dirinya yang jatuh berdebum di padang rumput tadi.
"Ya sudah, lagipula misinya hanya menyingkirkan benda itu dari TKP. Asalkan benda itu tidak jatuh ke tangan Agensi, terserah saja mau kau apakan."
Gadis yang berusia hampir seperempat abad itu sedikit kecewa. Tapi itu bukan hal yang fatal, sehingga dia tidak begitu mempedulikannya. Dia berbalik arah, melangkah meninggalkan remaja tanggung itu.
"Kenapa bisa kita berpapasan dengan Agensi tadi? Bukankah kau biasa memperkirakan siapa lawan kita? Lantas kenapa tidak kau lakukan? Kau mau membongkar identitasku, hah?" Cecar Solar dengan penuh amarah.
"Dengar, Solar. Selama ini kita dapat bocoran data Agensi, itu juga berkat bantuan Thorn. Selama Thorn tidak ada, kita sangat kesulitan membobol server Agensi. Lagipula, berdasarkan kontrak, akses data yang Thorn berikan tidak banyak."
Solar mengernyit. Menyoroti satu kalimat terakhir yang mengganjal dari keterangan Kiki Ta. "Kau buat kontrak dengan Kakakku tanpa sepengetahuanku?!"
Apa yang Solar tahu ialah segala kontrak yang ditanda tangani Thorn itu dibawah persetujuannya juga. Jika ada satu saja kontrak yang dia tidak tahu, pasti ada yang tidak beres. Pasti SA memaksa Thorn membuat kontrak itu.
Kiki Ta terlihat panik untuk beberapa saat, sebelum dia kembali bersikap tenang. Gawat, aku tidak tahu kalau kontrak itu harus dirahasiakan dari Solar, pikirnya. Cepat-cepat dia membanting topik, "Brustle White punya servernya tersendiri, dengan keamanan yang berlipat ganda tentunya. Mustahil kita bisa mencuri data mereka."
Solar sadar betul Kiki Ta mengalihkan topik pembicaraan. Tapi dia tahu Kiki Ta bukan orang yang tepat baginya mendapatkan informasi, atau dia akan kehabisan kesabaran dan beradu senapan dengannya. Sungguh gawat bila hal itu terjadi dan sampai di telinga Ejo Jo.
"Aku tidak peduli, itu bukan urusanku. Intinya, jika sampai ada kejadian seperti ini lagi, semua kontrakku dan Thorn disini dicabut!" Ucap Solar lantas pergi begitu saja meninggalkan Kiki Ta yang terdiam.
Tidak lama setelahnya, datang seorang bawahan Kiki Ta dengan wajah kusut. "Maaf, Bos. Tapi saya mendapat laporan dari rekan saya kalau ruang divisi data telah dibobol seseorang."
☀🍁☀🍁
Solar segera meninggalkan SA dengan motornya menggunakan kecepatan tinggi. Ini sudah hari kedua Thorn dinyatakan koma, namun perkiraan dokter hanya perlu menunggu waktu untuk Thorn siuman. Sejauh ini pun kondisinya stabil. Mungkin, Thorn terlalu lelah sehingga dia masih nyaman menetap di dunia mimpinya.
Solar perlahan membuka pintu, disana Taufan menyambutnya tersenyum. Dia memang sudah pulang kepada kakak-kakaknya, dengan kebohongan baru untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
Dia mengatakan kalau sebenarnya wali kelasnya tidak tahu kalau dia ikut studi praktek di salah satu perusahaan IT, dan dia menyebut nama perusahaan milik Gijimo. Dia sudah menginfokan Gijimo untuk mendukung sandiwaranya kali ini dengan memberikan sejumlah barang bukti kalau dia benar memiliki kontrak disana, kali ini semuanya beres. Namun dia masih membatasi diri berinteraksi dengan kakak-kakaknya, terutama Hali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...