"Memangnya apa yang akan Kakak lakukan jika sudah tahu siapa Demigodnya?" Tanya Solar memecah keheningan, mencuri seluruh atensi yang ada.
Hali membuang pandang. "Bukan itu yang penting sekarang."
"Justru itu poinnya! Kau mungkin tidak berdampak, tapi anggaplah dua dari enam adikmu adalah setengah monster yang sedang diburu satu dunia. Entah adikmu yang mana itu tidak penting! Justru pertanyaannya adalah, apa yang akan kau lakukan?!" Solar terlalu emosi sampai menggebrak meja, sangat menekankan penggalan kalimat terakhirnya.
"Atas dasar apa kau bilang aku tidak berdampak?! Aku baru saja direkrut menjadi Prime Agent lima bulan yang lalu, dan sekarang aku terancam dipecat atas tuduhan memberikan perlindungan pada Demigod!"
"Jadi, hanya itu yang ada di pikiranmu? Disaat dua adikmu terancam nyawanya, kau masih sempat-sempatnya memikirkan karirmu?" Cicit Solar pelan.
Tidak, ini terlalu menyakitkan. Dia ingin percaya kalau masih ada secercah harapan untuk mempercayai kakaknya. Tapi seharusnya dia tidak melupakan pendirian awalnya bahwa tidak ada lagi ketulusan disini.
Suasana semakin panas, dan akan semakin sengit lagi nantinya, pikir Thorn. Dengan cepat dia memutar otak, dia akan mengambil langkah untuk antisipasi. Tanpa disadari Solar yang duduk di sampingnya, dia beranjak dari duduk ke arah toilet dengan membawa ponselnya.
"Aku juga terancam diasingkan entah berapa tahun. Kalau aku diasingkan dan Demigodnya masih belum diketahui, aku tidak bisa lagi melindungi kalian dari gangguan orang luar yang bisa melakukan banyak hal gila untuk mendapatkan Demigod yang bahkan kita tidak tahu dia siapa!"
"Lalu dua adikmu yang menjadi Demigod bagaimana? Kau jadikan mereka tumbal untuk mempertahankan empat adikmu yang lain? Agar hidupmu bebas dari ancaman dan karirmu tetap melesat naik, sementara dua adikmu mati?!"
Hali bangkit dari duduknya, dengan kuasa petirnya yang mendadak aktif. Bajunya berubah menjadi hitam-merah, kekuatannya aktif dan siap bertarung kapan pun dia mau. Kekuatan mereka terkadang aktif dengan sendirinya saat emosi pemiliknya sedang benar-benar tidak stabil.
Matanya yang semerah darah menyala, menatap tajam Solar disana. Marah, sedih, dan ragu terlukis samar pada iris ruby miliknya. "Kalau aku bisa menggantikan adikku untuk mati, maka sudah kulakukan sejak awal."
Solar ikut bangkit dari duduknya dan kekuatannya aktif tiba-tiba. "Tidak ada yang pernah memintamu untuk mati. Tapi setidaknya lakukanlah sesuatu untuk mempertahankan kehadiran kami di sisimu!"
Hali meringsut maju dengan pedang halilintarnya, sementara Solar menghempaskan sabit cahaya untuk menghalau Hali. Sabit cahaya milik Solar tidak berkesan apapun, dengan mudahnya ditangkis Hali. Sejak awal, Solar sadar kalau dia bukanlah lawan yang sepadan untuk Hali. Bagaimana pun juga, jadwal terbang Hali jauh lebih banyak darinya.
Hempasan sabit cahaya Solar dan konduksi petir Hali membuat kekacauan dahsyat bagi sekitarnya, memecahkan belasan piring dan gelas, juga memporak-porandakan dapur sekaligus ruang makan mereka. Sorot cahaya kuning dan merah terus beradu, bahkan hal itu bisa terlihat dari luar rumah. Seperti terjadi badai petir, namun kali ini berkali-kali lipat lebih mencekam.
Bentrokan antara dua kekuatan terkuat di klan Boboiboy mengakibatkan arus listrik pendek di rumah mereka, sehingga tercipta percikan api di sejumlah barang elektronik. Beruntungnya tidak berubah menjadi kebakaran, namun berujung pada pemadaman listrik di rumah ini. Ah tidak, kalau mereka tahu bahkan perseteruan itu membuat pemadaman listrik dalam radius lima kilometer di sekitarnya.
Keduanya hampir saja berseteru dalam jarak dekat, beruntung Gempa mengeluarkan kekuatan tanahnya untuk menengahi keduanya.
"Sudah cukup!! Kalian sudah gila ya?!" Sentak Gempa. Gempa bukan sosok yang suka menggunakan nada tinggi, namun jika sudah seperti ini berarti mereka sudah kelewatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...