>> 28 - The Goddes of Earth

304 35 4
                                    

"Tunggu. Adik?" Ejo Jo rasa ada salah paham disini.

"Jangan pura-pura tidak tahu. Aku disini bukan untuk menanggapi basa-basimu." Ucapnya penuh penekanan.

"Eh, tunggu. Aku tidak tahu apa-apa soal adikmu."

"Sempat-sempatnya kau bohong padaku."

"Eh, tidak! Sungguh! Kau bunuh aku sekali pun, aku tidak bisa memberitahumu dimana dia karena aku tidak tahu!"

Setelah menimbang beberapa saat, Kaizo memutuskan untuk melempar bayonetnya asal. Berkacak pinggang, "Kubunuh kau jika ini salah satu dari sandiwaramu."

"Selain menyelamatkan diri, aku tidak dapat keuntungan lain dari hasil membohongimu." Jelas Ejo Jo santai, mengangkat bahu.

Menutup rapat pintu kantornya yang terbuka lebar, memastikan tidak ada lagi orang yang menguping pembicaraannya. "Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku tahu orang yang bertanggung jawab atas adikmu."

"Katakan."

"Bora Ra." Pria itu melirik Si Surai Ungu itu sekilas, untuk melihat perubahan ekspresi wajahnya tatkala nama penguasa dunia bawah itu disebut.

"Aku tidak ada niatan untuk memihakmu, tapi khusus kau, aku tidak berniat mencurangimu." Jelasnya. Bukan apa, meski jam terbang Kaizo belum sebanyak dirinya, dia berpotensi menjadi sosok yang lebih unggul darinya kelak. Dia tidak mau cari mati.

"Kalau begitu kau bisa menjual beberapa informasi padaku 'kan? Aku akan bayar berapa pun."

"Tadi aku sudah bilang 'kan? Aku tidak ada niatan untuk memihakmu." Jawab Ejo Jo sinis.

"Ayolah. Kau tinggal katakan saja apa yang kau mau."

Ejo Jo menghela nafas kasar, mengusap wajahnya. "Dengar, dia itu atasanku. Aku tidak bisa sembarangan mengorek informasi darinya. Meski aku punya koneksi dengannya, aku tidak bisa bantu banyak, aku jamin. Mendapatkan informasi tentangnya susah sekali, aku bahkan tidak tahu siapa nama aslinya."

"Tapi kau pasti tahu satu dua hal 'kan?" Kaizo mendekat, kali ini dengan nada sedikit memohon.

Ejo Jo berdecih pelan. Anak satu ini benar-benar bebal. "Orang itu. Terkadang sering membuat keputusan aneh yang tidak bisa dimengerti. Biasanya dia begitu setelah pergi ke suatu tempat, sepertinya dia bertemu dengan seseorang."

"Ini hanya hipotesis mentahku. Bisa jadi, Bora Ra menculik adikmu setelah 'disuruh' orang itu."

Mendapat informasi aneh yang membingungkan justru membuat kepalanya semakin pening. Dia sembarang membanting tubuhnya duduk dan mengacak surainya frustasi.

Menunduk dalam. Melirih pelan, "Aku harus cepat menemukannya. Bukan hanya karena Bora Ra yang berbahaya, adikku juga punya kanker stadium akhir.."

Tidak bisa dipungkiri kalau dia simpati melihat Kaizo seperti ini. Perlahan mendekat menepuk pundaknya pelan. "Atasan anehku itu tidak akan melakukan hal sia-sia yang tidak memberikan keuntungan baginya. Adikmu pasti masih hidup. Aku akan membantumu menemukannya."

Bibirnya membentuk senyum tipis, "Terima kasih. Aku akan membalasnya nanti."

"Itu pun kalau kau masih hidup. Berdiri menantang Bora Ra berarti menyiapkan nyawamu sebagai taruhannya."

Kaizo tertawa. "Aku yang akan memilih sendiri kapan aku akan mati."

☀🍁☀🍁

"Bukannya kemarin kau bilang hutan bambu?"

"A-ah, iya.. aku terlalu sering terjun misi, jadi ingatanku sedikit tercampur-campur. Maaf, hehe."

Mata Ice mengerlik kesal, menggeleng pelan. Kelimanya berjalan dengan tetap menjaga formasi, disamping mereka terdapat drone seukuran capung yang mengikuti. Itu drone rakitan Solar, terhubung langsung dengan komputer yang ada di cottage. Solar dan Thorn memantau dari sana dengan tampang serius.

I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang