"Bagaimana kondisinya sekarang?" Gempa bertanya dengan ekspresinya yang kalut. Dia dengan kedua kakaknya dipandu rekan Thorn sedang berjalan cepat menuju tempat divisi pengawasan. Kedua kakaknya merasakan gusar yang sama dengannya hanya bisa mengacak rambutnya.
"Dia muntah darah.. sepertinya elemennya sedang tidak stabil. Itu sebabnya Thorn menolak untuk ditolong." Jelas rekan Thorn yang mengkhawatirkan kondisinya itu. Serempak mereka semakin mempercepat langkah.
Ingatan Taufan dan Hali tentang collapse Ice pada hari kematian Tok Abah kembali terputar. Tapi Thorn sudah melewati masa penyesuaian elemennya, jadi.. apakah gerangan yang menyebabkan Thorn collapse kali ini? Baik Hali dan Taufan sama-sama memikirnya. Mereka sampai di ruangan itu, melihat sendiri betapa menyedihkannya kondisi Thorn. Hali dan Taufan terdiam beberapa saat, membiarkan otaknya memproses semua itu.
Darah menggenang disekitar Thorn yang terduduk lemas dengan wajah pucat. Kedua tangan dan pakaiannya yang sudah berlumuran darah. Thorn terbatuk cukup kuat dengan kedua tangan yang menutup mulutnya kuat-kuat, lalu darah mengalir keluar dari sela jari-jarinya.
"Ya ampun, Thorn!" Gempa berusaha menggapai adiknya itu, menyibak kerumunan. Berusaha meraih Thorn seakan adiknya akan lenyap dalam hitungan detik.
"Tidak, Kak. Jangan mendekat.. uhuk!" Thorn kembali batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Meringis pelan, menahan sakit yang tidak tertahankan dari dalam tubuhnya. Walaupun sejujurnya, jauh di dalam lubuk hatinya, dia ingin kakak-kakaknya datang dan memeluknya. Menumpahkan segala rasa sakit yang dirasakannya dalam rengkuhan hangat kakaknya. Layaknya sewaktu elemennya belum stabil dulu, barang kali sakitnya bisa sedikit mereda.
"Kau harus mendapat pertolongan, Thorn.." Gempa mencicit pelan. Bukan karena larangan Thorn untuk mendekat, tapi rasanya dia sudah tidak punya tenaga lagi untuk melangkah. Rasanya sekujur tubuhnya membeku melihat banyaknya darah di sekitar Thorn.
Hali dengan gerakan kilatnya dalam sekejap mata berada di hadapan Thorn, berada di tengah aura elemen Thorn yang membentuk badai transparan dengan dedaunan di dalamnya. Juga akar menjalar yang mengitari mereka. Dan tanaman-tanaman yang keluar akibat elemen Thorn dapat menyerang Hali kapan saja, tapi Hali sama sekali tidak peduli. Hali memindahkan tubuh Thorn ke dalam dekapannya, memapahnya seorang diri. "Kita ke rumah sakit sekarang, Thorn."
"Tapi, Kakak-"
"Apa? Kau pikir aku sanggup diam saja melihat adikku sekarat hah?!" Hali berteriak cukup kencang, membuat Thorn tersentak. Mata hijau zamrud milik Thorn menatap lekat-lekat tatapan yang sulit diartikan dari mata ruby itu. Hali memang selalu begitu, dia sering kali kesulitan menggambarkan perasaannya dengan kata-kata.
Namun sesaat kemudian rasa sakit kembali terasa mencekik, dengan nafas yang putus-putus Thorn mencekram kuat pakaian Hali. Menenggelamkan wajahnya dalam dekapan Hali yang begitu hangat. Hali mengelus pelan surai Thorn yang berwarna sama dengan miliknya. "Tapi.. ja-jangan ke rumah.. sakit ya.."
"Ya sudah, kalau begitu kita temui Dokter Shielda saja." Hali menengok ke arah Gempa, keduanya lalu mengangguk. Dengan gerakan kilatnya, Hali memapah Thorn menuju ruangan Dokter Shielda, ketua unit kesehatan di agensi ini. Dia juga yang secara khusus menangani pengguna elemental dengan segala gejalanya. Gempa langsung menyusul Hali di belakangnya.
Taufan merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel. Mencari kontak Blaze kemudian menelponnya. Terdengar dering panjang sebelum akhirnya panggilan tersambung. Blaze mengatakan pada Taufan kalau dia dan Ice akan segera kembali ke agensi setelah bertugas di lapangan. Dan Taufan memberi tahunya tentang kondisi Thorn, lalu Blaze dengan nada panik mengatakan bahwa akan segera menyusul bersama Ice.
Dengan deretan kejanggalan di hati, juga banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya, Taufan mulai menyusul Hali. Saat ini dia yakin, ada yang tidak beres diantara mereka bertujuh. Ada sesuatu yang salah.. dan Taufan bisa merasakan ada sesuatu yang retak diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...