Tentu saja, pertengkaran diantara kedua pihak itu tidak terelakan. Pedang berdesing, menghantam satu per satu kekuatan khusus yang dimiliki hampir semua anggota Agensi. Shadow Agent yang sejatinya tidak siap dengan pertempuran, melangkah maju dengan dendam sebagai bahan bakarnya. Memperebutkan sebuah ponsel rusak yang tadi Hali rebut dari Kiki Ta.
"Kenapa kau ingin sekali mendapatkan ponsel rusak itu dari kami, huh? Apa sebegitu menyedihkannya hidupmu sampai tak mampu membeli ponsel baru?" Tanya Kiki Ta, sambil terus menangkis serangan demi serangan yang dibuat Hali untuk mengirimnya ke neraka.
Hali hanya tersenyum licik. Meskipun musuh, Hali masih tahu batasan untuk bertarung melawan wanita, dia hanya mengeluarkan separuh kemampuannya saja. "Bagaimana kalau aku balik bertanya? Kenapa kau mempertahankan ponsel rusak yang bahkan tidak bisa diaktifkan lagi, huh? Kau tak mampu membeli ponsel baru?"
Kiki Ta mendecih pelan. Tetapi kembali tersenyum menantang, "Mengambil barang yang bukan milikmu tanpa izin itu sama saja dengan mencuri. Memangnya Tok Abah tak pernah mengajarimu?"
Hali marah, dia murka pada siapa pun yang menghina kakeknya. Hali dengan cepat menyerang Kiki Ta dan membuat pedang miliknya terlepas darinya. Dia terjatuh dan terpental cukup jauh, lalu jatuh terbaring di padang rumput dengan wajah terkejut dan sedikit panik.
"Mata-mata busuk sepertimu tidak pantas menceramahiku soal mencuri. Dan satu lagi, sampai aku mendengar mulut kotormu menghina kakekku lagi, aku tidak akan ragu untuk membuatmu bisu." Hali menancapkan pedang petirnya ke tanah, membuat sebagian rambut Kiki Ta terpotong dan menggores bahunya.
Namun dengan cepat, Kiki Ta bangkit dan bergerak cepat mengambil pedangnya kembali. Memasang kuda-kuda kembali karena dia tidak tahu kapan Hali akan menyerangnya lagi. Saling memunggungi dengan salah satu rekannya, dengan nafas yang sama-sama memburu.
"Si mata hijau itu.. bukankah dia bagian dari kita, Bos?" Tanya lelaki itu selagi ada kesempatan untuk bicara pada Kiki Ta.
"Tutup mulutmu. Aku sendiri yang akan memenggalmu jika sampai ada anggota Agensi yang mendengar perkataanmu barusan." Kiki Ta mendesis pelan, layaknya ular yang sedang mengancam mangsanya.
Beruntung, entah apa yang dipikirkan Hali, lelaki itu berhenti mengincar Kiki Ta. Membuat Kiki Ta menghela nafas lega, menyarungkan kembali pedangnya dan menggantinya dengan pistol. Dia memang lebih bersahabat dengan senjata api dibandingkan pedang.
Dia berlari, mengambil posisi mendekati Solar. Solar dan Ejo Jo punya satu-dua perjanjian yang menyangkut kakak-kakaknya, Kiki Ta tidak ingin melanggar itu. Bagaimana pun juga Solar adalah kolega dari atasannya, dia tidak ingin membuat Solar murka.
"Jadi, kau mau bagaimana? Aku sudah memberi tahu yang lain agar tidak melukai bagian vital kakakmu. Jadi kau tidak perlu risau." Tanya Kiki Ta selagi mengisi peluru di pistolnya.
"Yeah. Thanks, tapi kakak-kakakku tidak selemah itu. Aku punya hal lain yang lebih logis untuk dikhawatirkan." Tatapan dingin dibalik visor itu jelas menyembunyikan sesuatu, tatapan tajamnya masih fokus selagi tangannya berusaha menghalau serangan jauh dari Agensi.
Ini bukan Solar yang Kiki Ta kenal beberapa bulan ini. Biasanya anak itu akan memenangkan pertarungan dengan wajah datar dan senyum liciknya. Tapi kali ini, dia hanya bertarung secukupnya dan lebih banyak menghindar. Ya, Kiki Ta mengerti jika Solar sangat hati-hati agar kakaknya tidak mengenalinya.
"Kenapa kau tidak pergi dari sini? Aku bisa membantumu kabur." Kiki Ta mencoba menawarkan bantuan.
Solar berdecak pelan. "Bagaimana bisa aku kabur jika sejak tadi kakak sulungku mengintaiku tanpa henti?"
Kiki Ta menengok, dan benar saja disana Hali bertarung dengan ganasnya sambil sesekali mengintai ke arah sini. Benar-benar mengerikan. Solar sendiri, karena panik, dia tidak bisa bersikap seperti biasa. Apalagi dia memang tidak sering bertarung menggunakan senjata, biasanya kekuatan cahayanya saja sudah lebih dari cukup. Tentu saja kali ini dia tidak bisa menggunakan kekuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...