06 - Detected

319 35 0
                                    

"..Maaf." Gempa menggeleng, wajahnya tertunduk. Tidak enak hati membuat Kaizo kecewa. Juga menyesal, bagaimana pun ini pertama kalinya dia gagal misi setelah dia direkrut menjadi agen tim utama.

Kaizo hanya dapat menghela nafas berat saat Gempa bilang padanya kalau dia gagal mendapatkan artefak rahasia itu. Padahal artefak itu sangat berarti, artefak itu sedikit banyak menjelaskan tujuh elemental sebagai kekuatan terkuat yang diketahui sejauh ini. Ya, kekuatan elemental yang dimiliki masing-masing oleh ketujuh bersaudara itu.

Selain aset penting bagi agensi, artefak itu juga dibutuhkannya untuk alasan pribadi. Klannya sekarat, bisa dibilang hanya dirinya dan adiknya saja yang terdeteksi, itu saja sudah merupakan keajaiban. Sudah bukan rahasia lagi kalau klan * hilang tanpa jejak sejak dua belas tahun lalu.

Kaizo menggeleng. Dia tidak akan sanggup untuk memarahi Gempa, terlebih karena dia adalah cucu dari Tok Abah yang sangat dia hormati. "Tidak apa. Mengetahui bahwa artefak itu tidak rusak sudah merupakan hal bagus. Kita cari kesempatan lain untuk mengambilnya dari Shadow Agent."

Tentu saja Gempa tidak bercerita pada Kaizo bahwa orang yang membawa artefak itu merupakan Demigod. Orang itu memakai topeng khas Shadow Agent, jadi dia hanya mengatakan bahwa artefak itu berada di tangan musuh sekarang.

"Sudah larut, aku harus pulang. Kau tidak pulang, Kaizo?" Gempa membereskan beberapa barangnya yang berantakan.

Kaizo menggeleng. Menyeruput ekspresso-nya perlahan-lahan. "Kau pulang duluan saja."

Temperatur hangat di kafe membuatnya enggan beranjak, apalagi udara diluar sana kelihatan begitu dingin. Dengan cahaya oranye yang menambah kesan klasik. Kaizo mengajak Gempa untuk ke kafe sembari membahas satu dua hal tentang misi sepulang kerja.

"Aku yakin Fang menunggumu di rumah." Ucap Gempa sedikit memaksa dengan tatapan mata tertuju kepada ranselnya.

"Aku sudah menghubunginya kalau aku akan pulang sedikit lebih larut." Jawab Kaizo acuh sambil mengusap layar ponselnya.

"Ya sudahlah. Aku pulang dulu." Gempa menempatkan ransel itu di pundaknya dan beranjak pergi.

Merasa bosan karena kepergian Gempa, Kaizo beranjak ke balkon kafe. Menikmati rintik hujan dalam hening sambil merapatkan mantelnya.

"Aku tahu kau sangat membutuhkan artefak itu." Suara baritone berat yang tidak asing di telinganya menginterupsi, membatalkan niatnya untuk menghisap kembali ekspresso-nya.

Kaizo tersenyum tipis, menantang balik. "Ini pertama kalinya kau menemuiku di tempat umum. Kau merindukanku?"

"Oh, tentu. Aku merindukan aroma darahmu." Ejo Jo dibalik kacamata hitamnya menyeringai.

"Jangan memancingku bertarung di tempat umum, dasar psikopat." Ekor matanya mengancam, dengan nada pelan namun penuh menusuk. Persis seperti hawa dingin yang menembus tulangnya.

"Kalau tujuanku membunuh seluruh orang di kafe ini maka sudah kulakukan sejak awal. Jangankan satu kafe, melenyapkan satu klan pun aku sanggup.. ups."

Dengan satu gerakan singkat, Kaizo berhasil mengunci pergerakan Ejo Jo. Membuat Ejo Jo dapat terjatuh dari balkon kapan pun Kaizo mau dengan pisau tajam menghunus leher Ejo Jo.

"Kuharap kau berhenti bicara sekarang, atau ku pastikan namamu akan tertera di batu nisan besok." Tiada lagi senyuman di wajahnya, hanya keinginan untuk membunuh yang terlihat begitu jelas darinya.

"Tentu saja kau tidak bisa melakukan itu, atau kau akan kehilangan satu-satunya koneksi untuk mendapatkan kembali artefaknya." Ejo Jo tersenyum puas ketika Kaizo melepaskannya begitu mendengar kata artefak.

I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang