Ice menatap jenuh layar komputer, kalau komputer dapat berbicara mungkin sudah sejak tadi dia luapkan kekesalannya. Tapi dia hanya bisa pasrah dan membiarkan jemarinya bekerja rodi di atas keyboard sambil sesekali menghela nafas lelah.
"Aku tidak percaya ini, kau terlihat seperti workaholic." Suara Hali membuat Ice berhenti sejenak dan melirik Hali sekilas.
"Kak Hali? Tidak biasanya kau menghampiriku. Apa Kak Hali sedang senggang?" Ucap Ice basa-basi meski tatapannya kembali pada monitor. Sejujurnya Ice tidak berselera berbicara dan mengacuhkan semua orang, namun dia masih tahu tata krama. Tidak sopan mengacuhkan kakaknya sendiri.
"Kalau kau tanya soal pekerjaanku, ada banyak. Banyak sekali. Tapi jauh lebih banyak lagi beban pikiran yang bersarang di kepalaku, memaksaku mencari solusi dan disinilah aku sekarang." Hali jadi kehilangan semangat jika membahas tentang tumpukan pekerjaaan, dia mengambil posisi duduk di kursi kosong di sebelah Ice sambil bertopang dagu malas.
"Keadaan kita sama persis kalau begitu." Ice, sesuai namanya, bersikap dingin sambil terus mengetik.
Hali tahu Ice memang pendiam dan sering kali terlihat 'malas'. Tapi kali ini diamnya Ice seperti mengeluarkan aura yang berbeda. Tertekan, frustasi, dan juga menderita. Hali bertekad untuk mengajak Ice berjalan-jalan sejenak lain kali.. itu pun jika dirinya punya waktu luang.
"Kalau begitu, Kak Hali kemari untuk menanyakan sesuatu 'kan?" Ice enggan memperpanjang basa-basi dan segera menuju ke inti pembicaraan.
"Aku ingin bertanya kenapa ada anggota tim investigasi yang duduk dibelakang layar dan mengurus dokumen." Ucap Hali dengan nada menusuk, namun Ice sudah terbiasa dengan intonasi itu.
"Kau bertengkar dengan Blaze?" Entah kenapa hanya itu satu-satunya alasan logis yang muncul di kepala Hali.
"Tidak. Aku hanya sedang malas saja terjun misi. Lagipula, Ying meminta bantuanku untuk mengurus beberapa dokumen." Jelas Ice, namun jawaban itu terkesan berbelit.
"Kau berniat pindah divisi?" Hali berharap Ice bisa sedikit lebih bisa diajak kerja sama agar acara investigasinya bisa cepat selesai dan dia bisa kembali ke mejanya untuk mengurus laporan atau Kokoci akan mengomel padanya.
"Tidak, Kak. Aku hanya hiatus. Aku akan kembali ke tim nanti, jika mood-ku sudah membaik." Ice mengerlik, pertanyaan-pertanyaan itu menghambat kinerjanya.
Suara berdebum terdengar dari ruangan lain, tidak banyak yang mendengarnya karena suasana sedang ramai. Tapi Hali mendengarnya, untuk hal seperti ini instingnya terasah tajam. Tidak berlebihan jika julukan 'tiga agen terbaik' disematkan kepadanya. "Suara apa itu?"
"Aku rasa itu dari ruangan sebelah, ruang divisi investigasi." Jawab Ice, juga merasakan ada hal yang salah dengan suara itu. Menatap ke satu arah yang sama dengan Hali, sumber suara berdebum tersebut.
Sesaat kemudian, keduanya saling bertukar tatap. "Thorn!"
☀🍁☀🍁
Thorn telah berhasil meretas CCTV dan mendapatkan rekaman yang dia butuhkan. Sesuai dengan firasat buruknya, Kaizo dan Hali mencoba mengaktifkan software yang baru selesai diperbarui. Dan hal yang paling membuatnya merasa terancam, software ini ternyata dapat mendeteksi Demigod dengan akurat, dia baru saja mencoba software itu.
Tapi ada satu hal yang menjanggal, jika Kaizo dan Hali sudah melacaknya kemarin.. seharusnya kebohongannya terbongkar sudah. Dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kemarin.
Namun tiba-tiba ada orang lain yang membanting tubuhnya ke belakang, menghantam dinding cukup keras. Orang itu menarik kerahnya dan membuat tubuhnya terangkat. Thorn tidak mengerti apa kesalahannya sampai tiba-tiba dibanting begitu tadi, apakah penyamarannya terbongkar?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...