Solar membawa teh hangat, perlahan membuka pintu kamar Hali-Taufan-Gempa yang tidak tertutup rapat. Menghampiri kakak sulungnya yang masih sibuk berkutat dengan komputer belakangan ini, sementara saudara-saudaranya yang lain sibuk bermain. Bagaimana pun juga, dia harus bicara.
Dia meletakkan tehnya di meja, disambut senyum hangat Hali. Solar duduk di tepian kasur yang berdekatan dengan kursi Hali. "Kakak masih banyak kerjaan ya?"
Hali tertawa pelan. "Memangnya orang yang sudah dipecat masih punya kerjaan?"
Senyum Solar luntur seketika. Dia sudah menduganya sejak awal, namun tidak berani menyinggungnya apalagi mengkonfirmasi kebenarannya. "Maaf.."
Hali mengacak surai adik bungsunya itu. "Tidak perlu minta maaf. Pekerjaan bisa dicari. Tapi jika adikku mati, aku tidak bisa menghidupkannya lagi."
"Tetap saja.. aku membuat banyak masalah. Bodohnya aku lebih mempercayai musuhku daripada kakakku sendiri." Solar tersenyum miris.
"Aku juga salah karena tidak memperhatikan kalian dengan baik."
"Omong kosong. Kak Taufan bilang Kakak sampai sakit karena banyak pikiran. Sampai pingsan di kantor pula."
"Dasar mulut ember." Misuh Hali meski bibirnya membentuk senyum tipis.
"Siapa yang kau bilang mulut ember?" Orang yang dibicarakan muncul di depan pintu.
"Oh, panjang umur. Sudah selesai main voli pantai kau?"
"Sudah. Aku kemari untuk memamerkan kemenanganku yang kesebelas kalinya."
"Oh, wow. Aku tidak peduli." Hali mengangkat bahunya, kembali menatap layar komputer. Taufan dengan wajah kesal duduk di samping Solar.
"Jadi, sebenarnya Kakak sedang kerjakan apa?" Solar kembali bersuara.
"Mencari tahu tentang Demigod. Jika tahu lebih banyak informasi, mungkin saja bisa ditemukan cara untuk mengeluarkan spirit-nya dari tubuh kalian, tapi tidak membahayakan nyawa kalian." Taufan menjelaskan.
"Sebenarnya kami tidak mempermasalahkan kalian sebagai Demigod. Hanya saja semua ini terlalu berbahaya, keamanan hidup kalian terganggu. Hanya masalah waktu saja seisi dunia akan tahu kalau kalian Demigod-nya."
"Kalian mulai main rahasia-rahasiaan lagi dari aku dan Kak Thorn?" Solar melipat tangannya di dada.
"Tidak kok! Hanya belum sempat kasih tahu saja." Taufan tertawa pelan.
"Hey, kurasa kalian harus melihat ini." Ucap Hali. Dia menunjukkan hutan bambu misterius yang terletak di tepian kota yang sangat jauh dari pusat kota.
"Hey, kita pernah terjun misi ke hutan itu. Iya 'kan, Thorn?"
"Iya. Aku masih ingat, kita hampir buat tanda SOS disana 'kan?"
Ketiganya terkejut, mendapati empat saudaranya yang lain muncul di belakang mereka tanpa permisi. Entahlah, tapi mereka hobi membuat jantung hampir lepas dari tempat semestinya.
"Kalian pernah kesana? Ada apa di dalamnya?" Mengabaikan Taufan yang hendak melontarkan protes karena terkejut, Hali terlanjur penasaran dengan lokasi misterius itu.
"Seperti yang ada di foto, kabutnya benar-benar tebal sekali pun di siang terik. Tidak ada penerangan di dalamnya. Suasana di dalam juga lembab, banyak genangan air." Blaze mengerjap, mengingat-ingat lagi.
"Anehnya, di tempat mistis seperti itu, kami berdua dihadang robot. Mereka menyerang kami dan membuat Kak Blaze harus dirujuk ke rumah sakit-"
"Blaze masuk rumah sakit? Dan kalian ke tempat aneh hanya berdua saja?!" Gempa dengan rasa khawatirnya seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...