Kepala Thorn rasanya bisa meledak sewaktu-waktu, dia merasa ada asap yang mengepul di atas kepalanya. Sembari mengaduk teh susu, dia menghela nafas. Diam-diam dia mulai meruntuki Solar yang kabur dari masalah dan membiarkan dirinya menangani sendiri.
"Thorn! Kau dengar aku tidak?" Taufan yang sejak tadi mengajaknya bicara sambil melahap roti panggang kembali memanggil Thorn.
"Ada apa sih, Kak? Bukankah obrolan kita sudah berakhir?" Thorn dengan terpaksa menjawabnya jengkel. Niatnya untuk berpura-pura tidak dengar batal sudah. Kembali membelakangi Thorn dan menyibukkan diri dengan minumannya.
"Iya, aku tahu. Aku menanyakan pendapatmu, bagaimana jika.. Blaze yang jadi pengkhianatnya?" Taufan sejujurnya benci menuduh-nuduh seperti ini, namun hal ini terus mengganggu pikirannya tanpa henti.
Sudah seminggu sejak Hali menemukan topeng itu dan keadaan rumah semakin mencekam. Rumah seakan terbagi menjadi beberapa kubu dan saling menuduh juga mencurigai satu sama lain. Hal penting bernama kepercayaan di rumah ini sedang berada di ujung tanduk.
Thorn sedikit terkejut ketika nama Blaze disebut sebagai tersangka oleh Taufan. "Kenapa dia? Apa yang membuat Kak Taufan menuduh Kak Blaze? He's your partner in crime, right?"
"Iya.. tapi dia sedang banyak dinas keluar 'kan? Siapa yang tahu.. kalau ternyata dia bukan pergi dinas?"
Kalau bicara tentang siapa yang paling sering meninggalkan rumah belakangan ini.. bukankah seharusnya Solar juga patut dicurigai? Jawab Thorn dalam hati.
"Sudahlah, Kak. Kakak diskusi dengan yang lain saja, aku tidak suka membahas ini. Aku mau ke kamar dulu, Ying sudah menunggu laporan dariku, aku harus segera selesaikan." Thorn membawa cangkir minumannya pergi, mengabaikan kekecewaan Taufan.
Begitu dia keluar dari dapur, dia melihat Blaze sedang duduk di ruang tengah sambil mengawasi gerak-gerik Taufan. Sepertinya saat ini Blaze sedang mencurigai Taufan, Thorn memutuskan untuk memastikannya.
"Kakak mencurigai Kak Taufan ya?" Tanya Thorn, setengah berbisik.
"Shht! Diam, nanti dia dengar!" Ujar Blaze sedikit terkejut.
Thorn hanya bisa menggelengkan kepala. Seperti itulah situasi rumah seminggu ke belakang. Ice dan Hali mengurung diri di kamar atau ruang kerja. Sementara Gempa biasanya ada di.. tunggu dimana dia? Pikir Thorn mulai mencari kakak nomor tiganya itu.
Dan dia menangkap keberadaan Gempa di depan kamar Hali. Tunggu, mau apa dia? Thorn merasa ada yang tidak benar.
"Kak, apa Kakak sedang sibuk? Kalau tidak, ada yang ingin aku bicarakan." Gempa mengetuk pintu kamar Hali.
"Masuklah." Terdengar suara Hali dari dalam kamarnya.
Gempa masuk dan kembali menutup rapat pintunya. Thorn berlari kecil dan merapatkan telinganya ke pintu kamar Hali. Berusaha menguping pembicaraan mereka berdua.
"Sebenarnya, aku ingin bicara tentang Solar." Ketika nama adik bungsunya disebut, tentu saja Thorn semakin menajamkan telinganya.
Terdengar Hali terdiam sejenak sebelum membalas. "Baiklah. Ada apa?"
"Aku minta maaf. Waktu Kak Hali ditelfon oleh guru Solar, aku tidak sengaja mendengarnya. Jadi.. aku dengar Solar membolos?" Gempa berhati-hati dalam perkataannya, tidak ingin semakin memperburuk suasana hati Hali yang sedang pancaroba.
"Ah, ya. Mungkin seharusnya aku memang bercerita pada kalian juga."
"Jadi belum ada yang tahu tentang ini? Bahkan Kak Taufan?" Gempa mencecar Hali dengan rasa ingin tahunya.
"Belum. Aku.. lupa mau memberi tahu Taufan."
"Kalau begitu, sebenarnya selama ini Solar ada dimana? Selama ini dia pergi pagi buta dan pulang larut malam, bahkan dia sama sekali tidak pulang akhir-akhir ini.. dia itu kemana?" Gempa mendesak Hali buka mulut, terdengar jelas nada khawatir dari seorang Gempa yang selalu memastikan orang-orang terdekatnya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...