Mobil jeep itu menghantam medan terjal di hadapannya, membuat rusa liar lari ketakutan dibuatnya. Membuat rusuh keadaan hutan yang semula hanya terdengar seruan burung hantu. Ejo Jo fokus mengendarai mobil sementara Kaizo menahan sabar disampingnya.
Bagaimana tidak? Dia dibuat terombang-ambing di dalam mobil jeep disaat orang lain sedang tertidur lelap.
"Apa motivasimu mengajakku berkelana di hutan berlumpur sekarang juga?" Tanya Kaizo dengan wajah jengkel.
"Ini sudah pagi, Kai. Katanya kau ingin cepat menemukan adikmu." Jawab Ejo Jo sekenanya, masih fokus memegang kemudi.
"Baik, kau benar. Tapi.. haruskah jam tiga pagi?! Matahari bahkan belum terbit!" Dengan kantung matanya yang kian menebal, Kaizo melontarkan protes.
"Jangan manja. Bukankah kau sudah tidak mengenal perbedaan siang dan malam?" Ejo Jo tahu, waktu siang untuk bekerja dan malam untuk istirahat sudah tidak lagi berlaku untuk hardworker seperti Kaizo.
"Astaga. Aku bahkan belum tidur selama dua puluh empat jam terakhir!" Kaizo mendengus kesal. Bagaimana bisa ada spesies manusia tidak peka sepertinya?
Dengan wajah datarnya Ejo Jo menginjak rem tiba-tiba. Berkomentar tanpa melirik sedikit pun, "Apa aku harus berhenti sejenak dan memberimu waktu untuk tidur?"
"Huft. Seharusnya kau bertanya sebelum kita berangkat, Bodoh." Mata birunya berkilat mengancam. Layaknya raja hutan yang bersiap memangsa.
Dia kembali menancap gas mendadak, tak menghiraukan Kaizo yang terkejut setengah mati disampingnya. "Kalau begitu lebih baik kita lanjut, lagipula lokasinya sudah dekat."
Lokasi apa yang dia maksud? Kaizo menebak-nebak dalam hati. Memejamkan mata, dia terlalu malas untuk bertanya. Kali ini dia memutuskan untuk pasrah dengan cara Ejo Jo yang begitu brutal mengendarai mobil ini, tidak lagi protes meski isi perutnya terasa diacak-acak.
Akhirnya, mobil yang sejak tadi diruntuki Kaizo dalam hati berhenti juga. "Kita sudah sampai."
Baru saja keduanya membuka sit belt masing-masing, tiba-tiba pintu di sisi pengemudi terbuka. Disana ada seorang kakek tua berusia tujuh puluh tahun dengan tubuh yang sehat bugar tersenyum menusuk.
Gila! Sejak kapan dia disana? Ejo Jo berani bertaruh bahwa tidak ada siapa pun disana dua detik yang lalu.
Entah siapa pun dia, satu hal yang pasti. Orang itu berbahaya.
"Akhirnya kalian datang juga, aku sudah menunggu kalian sejak tadi."
Dalam hening Ejo Jo dan Kaizo bertukar tatap. Menunggu?
Bagaimana orang itu bisa tahu mereka akan datang, sementara Kaizo sendiri tidak tahu soal rencana Ejo Jo yang satu ini. Juga, Ejo Jo sendiri pun merencanakan ini mendadak.
Apa yang mereka tahu, tiba-tiba saja mereka sudah digiring masuk ke dalam mulut gua kecil yang dipasangi pintu. Dan yang mengejutkannya lagi, Bora Ra sudah ada di dalam dengan wajah dinginnya.
Mereka memang berencana kemari untuk menguntit Bora Ra. Begitulah rencana semula, sebelum orang asing itu datang dengan aura mencekam, menangkap basah kedatangan mereka kemari.
"Bora Ra? Kenapa diam saja? Ayo panggil bintang tamunya." Orang asing itu menutup pintu rapat-rapat.
Bora Ra mengangguk pelan. Hey, apa-apaan itu? Kenapa Bora Ra yang disegani semua orang bertekuk lutut di hadapannya? Siapakah.. orang itu sebenarnya?
Tunggu. Mungkinkah orang itu Re:07-60D?
Bora Ra kembali dengan menyeret rantai di tangannya, dengan ujung rantai terikat di leher seseorang. Tangannya juga dirantai di belakang punggungnya, kakinya pasangi borgol. Tubuhnya menyedihkan, penuh lebam dan luka. Mulutnya diikat dengan sepotong kain lusuh, yang kini sudah dipenuhi bercak merah darah. Jalannya begitu tertatih, hingga akhirnya jatuh tersungkur setelah punggungnya ditendang Bora Ra.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...