Solar menutup telepon, lantas bergerak cepat mengaktifkan beberapa komputer di ruangan itu. Ruangan divisi Analisis & Data di Shadow Agent masih begitu sepi, Solar dapat memastikan hanya ada dirinya seorang di lantai itu. Waktu masih menunjukkan pukul empat sore, wajar saja kantor SA begitu sepi. Para anggota SA terbiasa pergi misi di pagi hari dan berlatih di markas pada malam hari, dengan kata lain markas SA lebih aktif di malam hari. Nokturnal.
Di depannya, layar raksasa itu menampilkan beragam hasil rekaman CCTV dua puluh empat jam terakhir. Ini sudah 'penyusupan' ke sekian kalinya ke ruangan ini, secara berkala dia mendatangi ruangan itu untuk mengetahui informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut, data yang tentu tidak selalu bisa dia dapat hanya dengan membaca berkas.
"Mari kita lihat~ ada gosip baru apa hari ini?"
Iris kelabunya mulai melihat secara kasar data-data berbasis video itu. Hingga salah satu video yang menampilkan Bora Ra, pimpinan tertinggi dari SA yang jarang terlihat. Hanya pangkat setara Ejo Jo saja yang bisa bertemu langsung dengan Bora Ra, Solar sendiri belum pernah melihatnya langsung. Tapi dia salah satu orang paling berpengaruh di dunia illegal, tentu saja Solar mengenalnya.
"Woah, Bos Besar. Bos mafia ini pasti bisa membawa informasi bagus untukku." Solar meregangkan tubuhnya, tersenyum licik.
Video diputar, terlihat Bora Ra masuk ke dalam lift bersama dengan Yoyo Oo, asisten pribadinya. Solar hanya bisa berharap jika mereka akan berbincang, satu atau dua kata saja tidak masalah. Atau jika dia beruntung, dia bisa mendapatkan kunci untuk menyelesaikan puzzle misteri yang tengah berusaha dia selesaikan sendiri. Dan benar saja, Bora Ra mulai membuka mulutnya.
"Apa jadwalku setelah ini, Yoyo Oo?" Tanyanya dengan wajah datar dan aura dinginnya.
"Kita ada jadwal meeting dengan kolega bisnis dari negara tetangga pukul sepuluh malam, Bos. Ah, tapi, merpati surat dari Tuan Besar tadi mengirim surat. Suratnya berisi kalau Tuan Besar meminta Bos menemui beliau pada jam yang sama. Bagaimana, Bos?"
"Batalkan meeting dengan kolega bisnis." Jawab Bora Ra tanpa perlu waktu berpikir.
"Apa Bos yakin? Kolega yang satu ini sedikit tempramen. Dia bisa saja memutus hubungan dengan kita jika kita membatalkan meeting di rentang waktu yang sedikit ini." Yoyo Oo memastikan, dengan ekspresi ragu.
"Biarkan saja. Kita tidak boleh menyanggah perintah Tuan Besar."
"Baiklah." Yoyo Oo segera melakukan sesuatu untuk mengatur ulang jadwalnya, dengan cepat mengetik sesuatu pada gadgetnya. Setelah itu mereka berdua keluar dari lift dan Solar memilih untuk menghentikan videonya.
Dia bersender pada sandaran kursi sambil memegangi kepalanya yang pening. Jadwal makan dan tidurnya sungguh berantakan sejak dia menyadari ada sesuatu yang salah dan memutuskan memangkas waktu tidurnya untuk mencari petunjuk. Tapi bukan itu yang membuatnya pening.
"Syukurlah, aku menemukan kata kuncinya. Tapi.. Tuan Besar itu siapa?" Solar melirih. Sejenak dia memejamkan matanya, mengistirahatkan diri sejenak meski kepalanya berpikir. Semua tahu kalau pangkat tertinggi di SA dijabat oleh Bora Ra, lantas siapa orang yang dipanggil 'Tuan Besar' olehnya?
Dia melirik jam tangannya, waktu hampir menunjukkan waktu yang dia tunggu untuk menemui orang yang tadi dia hubungi. Dia hafal orang itu selalu melewati ruangan itu di jam sama dan di hari yang sama.
Solar bergerak secepat cahaya untuk keluar pintu dan menarik orang itu masuk ke ruangan, mengunci pergerakkan orang itu dengan memojokkannya ke sudut ruang. Begitu cepat sebelum dia sempat memproses apa yang terjadi.
Solar tersenyum tipis sambil menodongkan belati ke lehernya. "Salam kenal, Gijimo."
"Kau.. Boboiboy Solar? Anak bungsu dari tujuh Boboiboy bersaudara?" Sekarang Gijimo mengerti bagaimana bisa dia bergerak secepat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...