Hali dan Taufan datang terlebih dahulu, lalu disusul Blaze, dan kemudian Solar yang datang bersama Ice. Kelimanya terdiam sesaat melihat sebagian kecil dari rumahnya hancur, dengan api yang berada dimana-mana.
"Gempa? Apa yang terjadi?" Hali mewakili yang lain bertanya.
Gempa menunjuk helikopter yang masih belum terlalu jauh. "Thorn! Thorn dibawa helikopter itu, Kak!"
"Helikopter? Helikopter siapa itu?" Ice masih tidak mengerti.
Gempa menggigit bibirnya ragu. Kemudian dia sadar, tidak ada waktu untuk menyembunyikan apapun lagi. "Sebelum Thorn menaikinya.. dia pakai topeng identitas Shadow Agent. Jadi, yah.."
Solar membeku. Thorn yang biasa dia lihat sebagai kakaknya yang paling penakut, bahkan sering kali berlindung pada dirinya yang notabenenya adalah adik. Sekarang, diluar perkiraan siapa pun termasuk Solar sendiri, dia berani mengambil tindakan seberani itu. Mengungkap sendiri identitasnya sebagai pengkhianat, tindakan yang sungguh menakutkan bagi Solar.
Karena pada dasarnya, sejak awal tidak ada yang pernah benar-benar memahami pikiran Thorn.
"Itu berarti.."
"Sudah! Ini bukan waktunya untuk mempermasalahkan hal itu. Prioritas kita sekarang adalah membawa Thorn kembali!"
Perasaannya campur aduk, kecewa dan sedih bercampur jadi satu saat mengetahui ternyata Thorn yang selama ini berkhianat. Sungguh tidak sedikit pun terlintas di pikiran mereka bahwa Thorn-lah orangnya. Mengingat tawa cerianya, senyum cerahnya, rengekan manjanya.. dan sekarang justru dia yang membom rumahnya sendiri dan mendeklarasikan dirinya sebagai musuh.
Tapi bagaimana pun juga Thorn tetaplah adiknya. Terlepas dari jahat atau baiknya dia, dia tetap adiknya dan tidak ada yang bisa menyangkal itu. Maka dari itu, tidak ada yang boleh merenggut adiknya dari dirinya.
"Kita kejar mereka." Desis Hali dengan amarah yang bergemuruh di dadanya. Semuanya mengangguk dan mengaktifkan kekuatannya masing-masing.
Parkour dari atap ke atap di bawah sorot remang rembulan, mereka bergerak cepat layaknya sekelompok ninja yang hendak menyergap musuh. Dibawah sinar bulan sabit, pemukiman itu hening sekali. Entah kemana perginya semua orang, mungkin malam sudah terlalu larut sehingga semua orang sedang menikmati fantasi di dunia mimpi.
"Boboiboy Halilintar! Pedang Halilintar!" Hali menjadi orang yang mengawali ini, lantas bergerak cepat dengan kekuatan kilatnya.
"Boboiboy Taufan! Pusaran Angin!" Taufan segera menyusul dengan hoverboard andalannya dan menjadi support bagi Hali.
"Boboiboy Gempa! Ribut Pasir!" Gempa mengangguk saat Taufan menoleh ke arahnya, inilah serangan kombinasinya dengan Taufan sama-sama menjadi support bagi Hali. Medan tempur ini tidak menguntungkannya, sebagian besar skill-nya butuh ruang gerak yang luas dan daya hancur yang tinggi. Dia harus meminimalisir adanya kerusakan.
"Boboiboy Blaze! Bebola Api Berkembar!" Dua bola api yang serupa dengan meteor itu menghujani dan berusaha mengenai helikopter. Mengendalikan bola api dalam jumlah sedikit jauh lebih mudah, dengan resiko meleset yang lebih kecil. Meski kemungkinan tepat sasaran juga menjadi lebih kecil, itu jauh lebih baik daripada mengambil resiko bola apinya mengenai rumah warga.
"Boboiboy Ice! Meriam Pembeku!" Dengan banyaknya pengalaman, Ice terlatih untuk tetap bisa berlari sambil membawa meriam besarnya itu. Juga menembak se-akurat mungkin meski dia terus bergerak gesit.
"Boboiboy Solar! Tembakan Cahaya!" Solar pikir dia hanya bisa menggunakan serangan yang satu ini, karena serangannya yang lain memiliki daya hancur yang terlalu tinggi. Mengingat medan tempurnya kali ini adalah pemukiman, sama seperti Gempa, dia tidak ingin ada korban dari penduduk sipil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Demigod! (Boboiboy Fanfic AU) {END}
FanfictionDiantara Pekerjaan dan Saudara, mana yang akan kau pilih? Pekerjaan dengan segala gengsi dan jabatannya. Menuntunmu menjadi setinggi bintang di angkasa. Dengan gemerlap sanjungan yang membutakan mata. Atau saudara dengan kepercayaannya yang begitu r...