Di tempat di mana aku di rawat kini umma dan yang lain sedang bersiap untuk pulang, karna aku sudah di izin kan pulang ke rumah.
Aku pulang menggunakan mobil milik gus azmi, di sepanjang jalan aku hanya menyenderkan kepalaku di pundak umma dan sesekali umma pun mengelus kepala ku dengan lembut.
Sesampainya di rumah aku pun langsung di antar umma ke kamar, lalu di ikuti gus azmi dari belakang yang mengambil tas miliku.
Aku pun langsung merebahkan diri, lalu di selimuti umma hingga seleher.
"Maaf umma ini tas izma" ujarnya yang berdiri di depan kamarku.
"Makasih nak" ucap umma mengambil tas ku.
Gus azmi hanya mengangguk lalu pergi menuju ruang tengah di mana abah dan pak kyai sedang mengobrol.
"Nduk kamu tidur ya, banyakin istirahat, umma mau keluar dulu" ucap umma.
"Nggih umma" jawab ku dengan nada sedikit lemas.
Sebelum umma keluar, umma pun mencium kening ku, lalu umma pun keluar dari kamarku.
Suasana di ruang tengah.
"Makasih ya nak kamu udah jagain izma ketika di pondok"
"Nggih abah sama-sama" jawab azmi tersenyum.
"Makasih ya nak, maaf abah sama umma sudah merepotkan kamu buat jaga izma" ucap umma terharu.
"Iyah umma ngga papa" jawab azmi tersenyum.
Tiba-tiba hening.
"Eum maaf kalo boleh tau, izma kenapa sampe bisa trauma kaya gitu?" tanya pak kyai, yang dari tadi hanya menyimak.
"Jadi dulu saya bukan bapak kandungnya izma, bapak kandungnya izma sudah meninggal karna....." panjang lebar abah menceritakan ceritaku, kepada azmi dan pak kyai.
Di sore ini aku meminta pada umma agar sekarang aku ikut kembali ke pondok, tapi umma dan gus azmi melarang ku, karna aku harus istirahat di rumah.
Yah... gus azmi dan pak kyai masih ada di rumah ku.
"Iyh mduk ngga papa kamu istirahat aja dulu di rumah" pak kyai.
"Tapi yai..."
"Ngga papa nduk biar nanti azmi yang diam di sini, nanti kalo kamu sudah pulih, kamu ke pondok lagi bareng azmi" ucap pak kyai.
Aku hanya terdiam membulatkan mataku.
"Gimana nak kamu mau kan nanti berangkat ke pondok bareng izma?" tanya pak kyai.
"Iyh abah, nanti mas berangkat bareng izma" jawab gus azmi.
"Gimana nduk?" tanya pak kyai.
"Eumm jangan yai... ngga papa deh yai sama gus duluan aja" tolakku dengan halus.
"Udah abah ngga papa mas di sini aja, nanti mas sama izma ke pondok" jawab gus azmi yang tetap untuk menunggu ku dan, berangkat ke pondok bareng.
Aku hanya terdiam karna tak menyangka bahwa gus azmi ingin menungguku dan ingin berangkat bareng dengan ku.
"Ya udah kalo gitu saya berangkat sekarang, itu anak-anak udah pada nunggu" ucap pak kyai membuyarkan lamunanku.
Setelah pak kyai dan personil lainnya berpamitan akhirnya mereka pun pergi menuju asshidiqiyah.
Kini waktu menunjukkan pukul 17.44 gus azmi sedang bersiap-siap untuk pergi ke mesjid dengan abah.
Sedangkan aku dan umma sedang sibuk memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]
Teen FictionIzma lailatunnisa adalah seorang anak yang terlahir dalam keluarga sederhana, ia mempunyai cita-cita yang besar ya itu membahagiakan kedua orangtuanya. Azmi askandar ia adalah seorang gus yang terlahir dalam keluarga mewah, azmi pun salah satu pemud...