-Panggil aku mas

690 49 0
                                    

Kini waktu menunjukkan pukul 03.00

aku pun terbangun karna kau merasa tubuh ku dingin, dan merasakan pegal di seluruh tubuh.

Aku pun terbangun dan melihat ke setiap penjuru, dan ternyata gus azmi, bu nyai dan pak kyai masih tertidur.

Aku pun membuka laci yang ada di sana, untuk mencari kain yang bisa menghangatkan tubuhku.

Setelah mendengar suara seseorang yang memanggil namaku, aku pun menghentikan aktivitas ku.

Aku pun melirik ke arah pinggir ku, yang tak lain ke arah gus azmi.

"Izma..." gumamnya.

"Nggih gus..... ini izma" ucap ku

beralih ke arah gus azmi.

"Izma..."

Aku hanya terdiam dan aku pun sudah menebaknya bahwa gus azmi mengiggau.

Aku sangat tak percaya pada gus azmi, karna aku baru pertama menemukan laki-laki sepertinya.

Tetapi banyak sekali yang ku pertanyakan tentangnya, ntah itu hal penting atau pun tidak, dan terutama yang ingin aku tanyakan mengapa ia sangat perhatian padaku.

"Izma..." panggilannya lagi, yang membuatku sadar dari lamunanku.

"Nggih gus ini izmaa..." bisik ku pada telinga gus azmi.

Beberapa detik selanjutnya ia pun terbangun dari tidurnya.

"Izma..." ucapnya.

"Nggih gus... gus ngga papa kan?"

Gus azmi hanya menggelengkan kepalanya, "Ngga saya ngga papa, emang kenapa?"

"Tadi gus mengiggau sambil sebut nama izma" ucapku menunduk.

Gus azmi hanya terdiam, lalu memejamkan matanya, sepertinya laki-laki itu tidak bisa berkata-kata lagi.

Ntah mengapa azmi bisa mengiggau menyebut nama izma.

Huekkkk....

"Gus kenapa?" tanya ku khawatir. "Saya mual" ucapnya.

"Mari gus saya antar ke kamar mandi" ucap ku.

Gus azmi pun dengan antusias langsung mengangguk, aku pun langsung mengambil infusannya dan mengantar gus azmi ke kamar mandi.

Gus azmi hanya menyuruhku untuk menunggunya di luar, aku pun yang paham langsung mengangguk.

Selang beberapa menit akhirnya gus azmi pun keluar dari kamar mandi.

Aku pun membantunya memegangi lengannya yang terbaluti baju panjangnya.

Ketika aku membantu gus azmi naik ke atas ranjangnya, tak sengaja tangan ku dan tangannya bersentuhan dengan ke tidak sengajaan, dan aku merasa tangan gus azmi sangat panas.

Aku pun langsung menjauhkan tanganku, "Maaf"

"Iyah ngga papa"

Gus azmi pun mengambil posisi duduk, aku pun duduk di kursi yang ada di pinggirnya.

"Ya allah sesakit itu kah dia, sampai sepanas itu"

"Izma..."

Aku pun melirik ke arahnya, "Nggih gus?"

"Izma tangan kamu dingin banget"

Aku pun mengeriyit, lalu menggeleng kecil, "Ngga gus... yang ada tangan gus azmi yang panas"

"Ngga izma tangan kamu yang dingin, saya tau kenapa kamu bangun, karna  kamu kedinginan"

Aku hanya terdiam.

Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang