-Teh jahe

567 45 1
                                    

Kini seperti biasa aku baru pulang dari ruangan ustadzah mae, aku merasa sangat kesal hari ini karna semua suaraku hilang dan hampir semua orang tidak bisa memahami ucapan ku.

Seperti biasa aku melihat gus azmi yang sedang berjemur di depan rumahnya, aku sangat berharap untuk kali ini ia tidak memanggilku.

"Izmaa...." panggilnya.

"Kenapa dia memanggilku..." geram ku dari hati.

Aku pun langsung menghampiri gus azmi, sesampainya di hadapan gus azmi hening.

"Assalamualaikum" ucap gus azmi.

"Wa'alaikumsalam" ucapku tanpa ada suara.

"Jawab..." suruhnya.

"Susah" jawab ku tanpa suara lagi.

"Hah..???"

"Susahhhhh" jerit ku tapi masih denga suara yang sama.

"Ngga usah di ilangin suaranya, nanti ilang beneran baru tau"

Aku hanya menekik wajahku dan mencari akal, agar orang yang di hadapanku ini paham apa yang ku katakan.

Aku pun menyuruh gus azmi untuk mengambil balphoin dan kertas yang ada di atas meja, gus azmi pun membawanya, dan memberikannya padaku.

Aku pun menulis di kertas, setelah aku menulisnya aku pun memberikannya pada gus azmi.

Gus azmi pun membacanya.

"Ko malah tambah ngga ada suaranya?" tanya gus azmi.

Aku hanya mengangkat kedua pundakku pertanda tidak tahu.

"Ikut saya" ajak gus azmi.

Aku hanya menurutinya dan mengikutinya dari belakang, gus azmi membawa ku ke dapur.

Aku pun duduk di meja makan yang depannya jendela dan aku sangat nyaman duduk di sana karna tubuhku sedikit ter hangati oleh matahari yang menerawang dapur.

Aku hanya melihat gus azmi yang sepertinya ia sedang membuat sesuatu.

Sudah cukup lama aku menunggunya hingga aku tertidur di sana, akhirnya aku di bangunkan gus azmi karna sesuatu yang ia buat telah selesai.

"Izma bangun..." ujar gus azmi yang sudah duduk di sampingku.

"Eum..." aku pun mengucek mataku dan menegakkan dudukku.

"Ini minum dulu biar suaranya cepat mempulih" suruhnya.

Akupun mendongak kan kepalaku pertanda aku bertanya.

"Minum saja" suruhnya.

Aku pun mencium baunya ternyata itu teh jahe, baunya sangat menyengat hingga aku terbatuk-batuk.

"Udah jangan di cium baunya mulu, minum aja" suruh gus azmi.

Tanpa menjawabnya aku pun langsung meminumnya sedikit-sedikit karna menurut ku itu hambar.

Gus azmi sangat gemas pada gadis di depannya ini, ia melihat nya bagaikan anak kecil yang kepahitan.

Aku yang melihat gus azmi yang dari tadi senyum ke arahku pun bingung dan kaget tak percaya.

"Gus..." ucap ku mengagetkannya.

"Iyh izmaa..." kagetnya.

Aku yang melihatnya hanya terkekeh melihatnya yang kaget.

"Ish..." ucapnya mendatarkan pandangannya lagi.

"Lagian sih gus kenapa aku kepahitan malah di ketawain" celoteh ku.

Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang