-Tifus

568 47 1
                                    

Kini aku sedang latihan berkuda dan memanah lagi tanpa bimbingan dari gus azmi, sepertinya ia kurang sehat.

Aku pun memutuskan untuk berlatih sendiri, sudah cukup lama aku berlatih akhirnya aku pun memutuskan untuk berhenti di tempat peristirahatan.

"Assalamualaikum" ucap seorang santri.

"Wa'alaikumsalam"

"Maaf mba izma di panggil bu nyai di rumahnya"

"Ouh iyah, makasih nanti saya ke sana"

"Eum... mba di suruh ke sana sekarang"

"Tapi saya belum masukin kuda"

"Ngga papa mba biar saya yang masukin kuda mba"

"Eum... kalo gitu makasih, saya permisi dulu assalamualaikum"

"Nggih sama-sama, waalaikumsalam"

Setelah itu aku pun pergi dari sana dan menuju rumah keluarga askandar.

Sesampainya di depan rumah keluarga askandar aku pun melihat dek ahmad yang duduk di sana.

"Mba imaa...." teriaknya.

"Assalamualaikum dek"

"Waalaikumsalam"

"Mba imaa... mas azmi sakit" ucapnya memasang wajah sedih.

"Astagfirullah..." ucap ku khawatir.

Aku pun langsung masuk ke dalam, ketika aku hendak mau memasuki kamar gus azmi, aku pun mendengar suara bu nyai menangis.

Aku pun masuk ke dalam kamar.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam" ucap semua orang yang ada di sana.

Aku pun melihat pria itu terbaring di atas ranjangnya, dengan kondisi lemah dan memejamkan matanya.

"Nduk...." ucap bu nyai menangis padaku.

"Nyai... ada apa dengan gus azmi?" tanyaku khawatir.

"Nak azmi sakit tifus... dari semalam ia mengiggau dan terus nyebut nama nak izma"

Aku yang mendengarnya tak menyangka, dan tiba-tiba tubuh ku pun lemas setelah mendengar nya, rasanya tubuh ini akan jatuh tapi aku mencoba untuk menahannya.

Kenapa nama izma yang gus azmi sebut.

Tiba-tiba gus azmi pun mendadak sesak nafas, semua orang yang ada di sana pun ikut panik.

Pak kyai, dan beberapa santri di sana pun langsung mengangkat gus azmi dan membawanya ke rumah sakit.

"Nduk ayo kamu ikut" ucap bu nyai.

Aku pun antusias langsung mengangguk, aku pun mengikuti pak kyai yang membopong gus azmi lalu di ikuti ku dan bu nyai.

"Nduk kamu duluan ke mobil, kamu duduk di kursi ke dua" suruh bu nyai.

Aku pun langsung mengangguk dan mendahului pak kyai dan santri, aku pun langsung duduk.

Setelah pak kyai memasukan gus azmi ke dalam mobil, ternyata gus azmi di tidurkan di paha ku, aku hanya terdiam dan jantung ku berdebar dengan kencang.

"Astagfirullah... ya allah... bagaimana ini" gumam ku dalam hati.

Tak lama kemudian bu nyai pun datang, dan pak kyai pun langsung menginjak pedal gasnya, dan mobil pun segera menuju rumah sakit.

Di sepanjang jalan aku hanya bertasbih dan berdo'a agar azmi cepat sembuh kembali.

Sesampainya di rumah sakit pak kyai pun keluar dan meminta agar suster membawa brangkar untuk azmi.

Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang