-Meninggal.

461 35 7
                                    

Aku dan Azmi langsung turun dari mobil, aku melihat sekeliling, di sana tidak ada mobil ataupun motor, sepertinya tabrak lari.

Aku dan Azmi terdiam tak menyangka ternyata korban tabrak lari ini Aisyah.

"Mas Aisyah" ujar ku pada Azmi.

"Mas... Ayo mas bawa Aisyah ke rumah sakit" ucap ku.

"Tapi Izma..."

"Mas jangan pikirin masa lalu, sekarang kita bawa Aisyah dulu"

Azmi hanya mengangguk.

"Pa tolong bantu angkat ya pak ke mobil ini" ujar ku sambil menunjukkan mobil Azmi.

Aku dan Azmi langsung masuk ke mobil, aku duduk di belakang, lalu Aisyah di tidurkan di paha ku.

Sesampainya di rumah sakit Aisyah langsung di tangani dokter, Azmi langsung menghubungi orang tua Aisyah.

Aku terduduk di kursi tunggu, aku menjadi sasaran mata orang lain karna bajuku penuh dengan darah Aisyah yang menodai gamis ku, walaupun sudah ku cuci tapi tetap saja masih ada sisa-sisa darahnya, dan bau anyir.

Azmi menghampiri ku. "Izma kamu tunggu di sini yaa, mas mau ke luar dulu" ujar Azmi.

Aku membalasnya dengan anggukan.

Lalu Azmi meninggalkan ku sendiri di sana.

Azmi pergi ke toko baju yang jaraknya tidak jauh dari rumah sakit, jika memakai mobil hanya membutuhkan waktu tujuh menit untuk sampai tokonya.

Aku menemani Aisyah di dalam ruangan, keadaan Aisyah saat ini parah karna ia banyak mengeluarkan darah di kepalanya.

Selang beberapa menit orang tua Aisyah datang dan langsung masuk ke dalam ruangan.

"Assalamu'alaikum" ucap ayah Aisyah.

"Waalaikumsalam" jawab ku.

"Aisyah..." bunda dari Aisyah menangis sambil memeluk anaknya yang tengah tak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi pada Aisyah?" tanya ayah.

"Tadi saya dan mas Azmi nemuin Aisyah yang sudah tergeletak di tengah jalan, dan sepertinya Aisyah jadi korban tabrak lari" jelas ku.

"Bohong.... Ini semua pasti gara-gara kamu" ujar bunda menyalahi ku.

"Astaghfirullah ngga bun, wawllahi Izma ngga ngelakuin ini" ujar ku.

"Bohong kamu Izma, kamu bohong.... Ini semua gara-gara kamu...." marah bunda.

Aku hanya menunduk sambil menangis.

"Izma sebaiknya kamu keluar dulu yaa" ujar ayah.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan, lalu aku pun keluar dari ruangan Aisyah.

Di menit berikutnya Azmi datang menghampiri ku. "Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" jawab ku sambil menyeka air mataku.

"Kamu kenapa?" tanya Azmi.

"Ngga papa mas" jawab ku. Air mata ku mulai keluar lagi setelah Azmi menanyakan ku.

"Ngga papa gimana? Kamu nangis Izma"

Aku hanya menggeleng.

"Bilang sama mas kamu kenapa?" paksa Azmi.

"Bunda nyalahin aku mas, bunda kira Aisyah seperti itu gara-gara aku" ujar ku menangis.

"Astaghfirullah..." Azmi mengusap wajahnya.

Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang