Aku sangat tidak sabar untuk besok pagi, karna besok pagi aku sudah di perbolehkan pulang ke pesantren.
Kini aku akan di periksa oleh suster dan tentunya akan di suntik.
Aku dari tadi terus merengek pada azmi dan bu nyai agar untuk tidak di suntik, aku bisa di katakan orang yang paling takut jika di suntik.
"Nduk saya keluar dulu ya mau cari makan, kamu di sini di temenin azmi"
"Tapi nyai izma takut"
"Penakut"
"Ngga ya... izma ngga penakut" ucap ku tak terima.
"Ya udah mas tungguin izma ya"
Azmi hanya membalasnya dengan anggukan.
Lalu bu nyai pun keluar dari sana.
"Mas temenin izma ya..."
"Iyah bawel..."
"Aaa... mas takut..." rengek ku, yang melihat jarum suntik yang sudah di siapkan.
"Jangan di liat, kamu merem aja"
Aku pun memejamkan mataku, dan memegangi lengan baju azmi.
"Sakit mas..."
"Ngga akan sakit, kaya di gigit semut doang ko"
"Iyah kah?"
"Iyah semut amazon" ucapnya tertawa geli.
"Mana ada sih ah... semut amazon"
"Udah diem mau di suntik nih..."
"Aaa.... mas takut"
Sebenarnya sudah di suntik, dan azmi pun memberi kode pada suster agar tidak memberi tahuku.
"Udah belum sih? ko lama banget"
"Belum... udh diem aja ini lagi mau di suntik"
Aku pun semakin mengeratkan pegangan ku ke baju lengan azmi.
Tiba-tiba azmi pun tertawa.
"Apaan sih mas... malah di ketawain" ketusku.
"Izma... izma..."
"Iyah kenapa sih ah, ini lagi sus udah belum suntik nya?"
"Udah..." ucap azmi menirukan suara perempuan tapi gagal karna suara aslinya ikut keluar.
Aku pun langsung membuka mata, dan di sana sudah tidak ada suster tadi.
"Suster nya ke mana?"
"Udah pergi"
"Emang udh di suntik nya?"
Azmi pun mengangguk sambil terkekeh.
"kenapa ngga di kasih tau sih..." kesal ku memukuli lengan azmi.
"Dih... maen pukul aja"
"Lagian sih jadi orang ngeselin banget"
"Hahaha iyah deh maaf"
Tak lama pintu ruangan pun terbuka, terdapat bu nyai yang membawa tiga kotak makan.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Nih makan dulu tadi ummik beli makanan kesukaan mas sama izma" ucap bu nyai sambil memberikan satu kotak makan pada ku dan azmi.
"Syukron nyai"
"Nggih sami-sami" jawabnya tersenyum.
Sebelum makan kita pun berdo'a dulu yang di pimpin azmi, setelah do'a kita pun langsung melahap makanannya, hingga habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]
JugendliteraturIzma lailatunnisa adalah seorang anak yang terlahir dalam keluarga sederhana, ia mempunyai cita-cita yang besar ya itu membahagiakan kedua orangtuanya. Azmi askandar ia adalah seorang gus yang terlahir dalam keluarga mewah, azmi pun salah satu pemud...