-Terluka tapi tak berdarah

421 35 2
                                    

"Azmi maafin aku, bener kemarin aku ngga tau kenapa tiba-tiba bilang kaya gitu, ya walaupun yang kemarin aku bilang ada benernya tapi aku tau ko kalo kamu udah punya pilihan" ujar Wida meminta maaf pada Azmi.

"Iyah ngga papa" jawab Azmi.

"Azmi beneran yaaa maafin aku"

"Iyahh... Saya maafin" jawab Azmi kesal, karna Wida terus meminta maaf.

Di karna kan keluarga Wida akan pulang laku mereka pun berpamitan pada kita.

Siang ini aku mengantar umma dan abah yang akan pulang ke Kediri.

Setelah keluarga Wida pulang, keluarga ku dan keluarga Askandar mengadakan makan siang di rumah keluarga Askandar.

Dengan menu makannya aku, umma dan ummik yang memasak.

Di tengah aku memasak tiba-tiba mbah memanggilku.

"Izma..." panggil mbah.

"Sebentar mbah" ucapku, langsung mencuci tangan karna aku sudah memotong cabe.

Lalu aku menghampiri mbah yang ada di ruang tengah.

"Ada apa mbah?" tanya ku dengan lembut.

"Nduk... Mbah mau bicara sama kamu sama Azmi" ucap mbah.

"Bicara apa mbah?" tanya ku.

"Ngga disini, kita bicaranya di taman aja" ujar mbah.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

"Nduk kamu tolong panggil Azmi di kamarnya" suruh mbah.

"Nggih mbah" jawab ku, lalu aku pergi ke atas dan langsung menuju kamar Azmi.

Sesampainya di taman aku dan Azmi duduk di bangku taman sedangkan mbah duduk di kursi rodanya.

"Nduk... Le... Maafin semua kesalahan dulu mbah yaa, mbah dulu sangat jahat sama kalian berdua, mbah bener-bener nyesel udah berbuat jahat pada orang yang baik hati seperti kamu nduk" ucap mbah.

Aku memegang kedua tangan mbah, "Hustt mbah ngga boleh minta maaf lagi sama Izma, biarlah masalah yang dulu berlalu, lagian kan Izma juga udah maafin mbah" ucap ku dengan lembut.

"Makasih yaa nduk..."

"Nggih mbah, sama-sama"

"Nduk... Kamu ini bener-bener yang di namakan wanita shalihah, kamu wanita yang kuat, yang baik hati dan penyayang, kamu juga wanita yang perhatian pada orang di sekitar mu, kamu pantas untuk menjadi istri cucu mbah yang satu ini" ucap mbah melirik ke arah Azmi.

Sedangkan aku dan Azmi hanya terdiam.

Aku benar-benar tidak menyangka apa yang barusan mbah katakan, hatiku berdegup begitu kencang, dan kedua pipiku sepertinya sudah memerah bagaikan kepiting rebus.

"Ya Allah... Semalam aku mimpi apa?"

"Giaman le... Kamu mau jika mbah jodohkan dengan Izma?" tanya mbah.

"Tapi mbah... Azmi punya pilihan sendiri" ceplos Azmi.

Ntah kenapa tiba-tiba dada ini begitu sesak, hati ini terasa hancur setelah mendengar ucapan Azmi, aku seperti di jatuhkan begitu saja olehnya, hati ini terasa hancur berkeping-keping.

"Ini kah yang di namakan terluka tapi tak berdarah?"

"Nduk kamu kenapa?" tanya mbah.

"Ah... Eummm ngga papa mbah" jawab ku sedikit tersenyum.

Sebenarnya aku ingin menangis dan melepaskan rasa sesak ini, tapi bagaimana pun caranya aku tidak boleh menangis di hadapan mbah dan Azmi.

Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang