-Maaf

529 46 1
                                    

Kini di tengah azmi dan mbah sedang berdebat, tiba-tiba ponsel azmi pun berdering pertanda ada panggilan masuk.

Azmi pun langsung mengecek ponselnya dan ternyata terlihat namaku di sana.

"Izma..." gumamnya.

Azmi pun langsung mengangkatnya.

Izmaa

"Assalamualaikum gus..."

"Wa'alaikumsalam, ini siapa?"

"Gus ini nazwa, gus izma..."

"Izma kenapa naz? izma ngga papa kan?"

"Izma masuk rumah sakit gus"

Azmi yang mendengarnya hanya terdiam, tak bisa bicara apapun.

"Naz... kamu serlok ya, nanti saya ke sana"

"Baik gus"

Azmi pun langsung mematikan ponselnya, ia pun bergegas menuju kamarnya untuk mengambil tas, dan pecinya.

Ia pun sekaligus pamit pada bu nyai dan pak kyai.

"Mik, bah... mas pamit dulu ya"

"Nggih mas... bawa mobilnya hati-hati"

Azmi hanya membalasnya dengan anggukan, "Mas berangkat assalamualaikum" azmi pun mencium punggung tangan bu nyai, pak kyai, dan abah Iskandar, tetapi tidak dengan mbah.

"Wa'alaikumsalam"

Azmi pun beranjak dari rumah dan berlari menuju parkiran, setelah ia di  dalam mobil azmi pun langsung menginjak pedal gas nya, dan pergi menuju rumah sakit.

Setelah mendapatkan lokasi dari nazwa azmi pun langsung menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit azmi pun langsung masuk ke dalam dengan tergesa-gesa.

Setelah menemukan ruanganku, ia pun melihat nazwa, syifa dan rey yang duduk di kursi tunggu.

"Assalamualaikum" azmi.

"Wa'alaikumsalam"

"Gimana keadaan izma?"

"Izma masih di tangani dokter gus" jawab nazwa.

Azmi pun mengusap wajahnya dengan kasar, ia pun melirik ke arah rey.

"Nazwa... mba syifa biarkan saya bicara sama rey" pinta azmi.

Nazwa dan syifa pun yang sudah mengerti langsung pergi dari sana dan meninggalkan azmi dan rey berdua.

"Mas... maafin saya... saya sudah salah paham sama mas juga izma, saya benar-benar kesal sama diri saya yang udah bentak izma, dan salahkan mas rey" ucap azmi merasa bersalah.

Rey pun tersenyum, "Alhamdulillah kalo kamu sudah paham mi, iyah saya maafkan"

Lalu kedua laki-laki itu pun berpelukan ala LAKIK...😭🤣

Selang beberapa menit akhirnya dokter yang menangani izma pun keluar dari ruangannya.

"Dok... bagaimana keadaan izma?"

"Keadaannya cukup kritis, dan terdapat benturan di kepalanya, dan itu bisa membuat pasien gampang terkena trauma yang pasien punya"

"Tapi saya pesan pada anda untuk tidak memperlihatkan atau apapun itu yang bisa membuat pasien trauma lagi"

"Baik dok, isnyaallah saya jaga"

"Dok apa sudah boleh masuk?" tanya azmi.

Dokternya itu pun mengangguk, "Boleh" jawab dokter.

Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang