-Cadar

505 38 0
                                    

Di minggu pagi ini aku akan mengantar azmi ke majlis nurul musthofa yang ada di jakarta, karna azmi di undang habib jafar.

Kini aku sedang bersiap-siap, aku berpakaian dengan sopan mungkin, aku hanya mengenakan pakaian serba hitam, tak lupa aku sedikit mengolesi wajah dengan bedak baby.

"Udah kan?" tanya ku pada nazwa.

Nazwa pun mengangguk, "Udah... kamu ngga perlu dandan juga udah cantik"

"Kamu bisa aja" ucap ku malu.

"Ya udah gih si mas nya dah nunggu"

"Ya udah aku berangkat dulu ya, assalamu'alaikum"

"Nggih hati-hati, waalaikumsalam"

Setelah mendengar jawaban dari nazwa aku pun langsung keluar dari kamar dan menuju rumah keluarga askandar.

Sesampainya di depan rumah keluarga askandar aku melihat azmi, ummik dan abah yang sudah menunggu ku di sana.

"Assalamu'alaikum" aku pun mencium punggung tangan ummik.

"Waalaikumsalam"

"Masya Allah nduk kamu cantik banget..."

Aku pun tersipu malu, "Hehe makasih ummik"

Aku pun sekilas melihat azmi yang ntah salting atau kenapa.

"Eum... ummik dek bi ikut kan?" tanya ku.

Sengaja aku bertanya seperti itu agar tidak keliatan canggung.

Ya... aku masih canggung dengan kejadian  kemarin malam.

"Ngga nduk..." 

"Eum... kenapa?"

"Dia kalo ikut pasti rewel nantinya" jawab azmi malas.

Aku dan ummik yang mendengar nya hanya terkekeh.

Azmi pun melirik ke arah jam tangan yang melingkar di tangannya, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 06.15

"Eumm... ummik, bah... mas sama izma pamit dulu nggih, soalnya udah siang"

"Eh... iyah, ya udah gih berangkat nanti telat lagi"

"Bawa mobil nya hati-hati mas" ucap ummik.

"Nggih mik siap" jawab azmi mengacungkan jempolnya.

"Ya udah mik... izma pamit dulu nggih" ucap ku mencium punggung tangan ummik.

"Nggih, hati-hati nduk" ummik pun mencium kening ku.

Lalu di ikuti azmi yang mencium punggung tangan ummik.

Setelah itu aku dan azmi pun masuk ke dalam mobil.

"Assalamu'alaikum" ucap azmi mewakili.

"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" jawab ummik dan abah.

Lalu azmi pun menginjak pedal gasnya, dan mobil pun keluar dari gerbang pesantren.

Di sepanjang jalan hanya terdengar sholawat yang selalu di putar kemanapun.

"Mas... emang ngga akan gimana-gimana kalo aku ikut?"

"Yah... ngga akan lah izma..."

"Emang kenapa? ko kamu tanya kaya gitu?"

"Ngga papa sih, cuman izma malu aja mas... soalnya kan izma bukan siapa-siapa"

"Hussttt... ngga papa, kan saya yang minta kamu ikut"

Aku hanya mengangguk-angguk.

Hanya membutuhkan waktu 54 menit untuk sampai di jakarta.

Akhirnya aku dan azmi pun sampai di depan gerbang majlis nurul musthofa, mobil yang kita taiki pun langsung masuk ke dalam gerbang, dan azmi langsung memarkirkan mobilnya di parkiran yang bodyguard tunjukan.

Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang