Hari ini, tanggal ini dan tahun ini di mana aku akan di lamar seseorang yang ntah siapa pun itu, dan yang pasti umma dan abah merestuiku.
Aku memakai gamis yang sudah umma kasih untuk ku, dan ternyata itu adalah baju dari laki-laki yang akan melamar ku itu.
Tak lupa aku sedikit mengolesi wajahku dengan bedak baby yang seperti biasanya aku pakai, dan aku memakai sedikit lipbalm yang kelihatan natural.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu kamarku, di detik berikutnya umma masuk ke dalam kamar.
"Nduk ayo ke bawah, semua orang di bawah udah nunggu kamu" ujar umma.
"Nggih umma" jawab ku.
Tangan ku di gandeng oleh umma, hati ini sudah tidak berkaruan, panas dingin mulai menyelimuti tubuh mungil ku ini.
Sedari tadi hati ku terus berdzikir agar aku sedikit tenang.
Sesampainya di ruang tangah tiba-tiba hatiku berhenti berdzikir.
"Mas Azmi? Kenapa ada mas Azmi di sini? Sebesar ini kah acara lamaranku hingga mas Azmi bisa datang ke acara lamaranku? Mana calon istrinya mas Azmi?" hatiku terus bertanya.
Tidak hanya Azmi tapi semua keluarga besar Askandar yang aku ketahui pun ada di sana.
Aku duduk di pertengahan umma dan abah. Aku sedikit mendekat ke arah umma.
"Umma mana yang akan melamarku?" bisiku pada umma.
"Seseorang yang akan melamar mu ada di hadapan mu saat ini" jawab umma.
Aku terdiam tak percaya, hatiku berdetak kencang tidak berkaruan, rasanya ingin aku menangis.
Yaa... Benar pemikiran kalian Azmi Askandar laki-laki yang ku harapkan untuk melamar ku, saat ini telah nyata melamar ku.
Acara lamaran telah di mulai.
"Bismillahirrahmanirrahim dengan izin Allah dan ummik, abah pada detik ini, hari ini, tanggal dan tahun ini saya mohon izin pada abah Azhar untuk mengizinkan saya melamar anak tunggal abah yang bernama Izma Lailatunnisa, dan saya minta jawaban yang pasti dari Izma" ucap Azmi mengatakan tujuannya.
Aku melirik ke arah umma dan abah, aku bingung harus menjawab apa, tapi ini lah kesempatan ku.
"Semua keputusan ada padamu" ujar umma.
Akun hanya mengangguk, aku memejamkan mata dan sedikit tarik nafas untuk menenangkan diri.
"Bismillahirrahmanirrahim dengan izin Allah dan umma, abah, saya Izma Lailatunnisa akan mengatakan bahwa detik ini, tanggal ini, hari dan tahun ini saya menerima lamaran dari mas Azmi Askandar" jawab ku dengan suara gemeteran.
"Alhamdulillah" ucap semua orang.
Ummik Laila yang duduk di sebelah ku langsung memakaikan cincin di jari manis ku.
Lalu aku mencium punggung tangan ummik Laila dan abah Ulil.
Setelah acara lamaran selesai semua orang pun makan yang sudah di sediakan di sana.
Aku pun ikut makan dengan Azmi, Rara, Ahmad, ummik, umma dan abah.
Waktu semakin berjalan dan kini keluarga Askandar berpamitan untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta bukan pehalang untuk perasaan [END]
Dla nastolatkówIzma lailatunnisa adalah seorang anak yang terlahir dalam keluarga sederhana, ia mempunyai cita-cita yang besar ya itu membahagiakan kedua orangtuanya. Azmi askandar ia adalah seorang gus yang terlahir dalam keluarga mewah, azmi pun salah satu pemud...