"Kamu punya penyakit kanker?" Tanya anak PMR yang bernama tag Fatimah.
Safira mengerutkan dahinya. "Kanker? Enggak. Enggak ada penyakit kanker, memang kenapa?"
"Iya, dia enggak mengidap penyakit itu," timpal Ratu.
"Oh begitu.., kayanya saya salah deh yaa. Ini sepertinya Safira kelelahan saja."
"Tapi Gue enggak melakukan kegiatan yang berat. Dari pagi udah ngerasa capek banget, padahal enggak ngapa-ngapain,"
"Coba Lo ke dokter, kalo bisa sih pulang sekolah langsung ya. Yang Lo rasain sekarang itu gejala-gejala kanker paru-paru," ucap Fatimah.
"Oke, makasih ya Fat."
Fatimah mengangguk. "Gue tinggal," Fatimah pun keluar dari UKS.
Suara ricuh murid-murid terdengar. Mereka berdua yakin itu adalah teman sekelasnya.
"Nonton keluar yu!" Ajak Ratu.
"Eh Lo mau ikut olahraga enggak?" Tanya Ratu.
"Enggak deh. Capek banget asli badannya,"
"Ya udah nonton aja yuk!"
Ratu keluar dari UKS bersama Safira. Mereka duduk di kursi yang tersedia.
"Pak Asep!" Panggil Ratu.
Pak Asep menoleh ke Ratu. "Pak, saya sama Safira enggak olahraga dulu. Saya enggak bawa baju, kalo Safira lagi sakit."
"Ya sudah nonton saja,"
Safira menatap sosok Arka yang sedang bermain bola voli. Aura Arka lebih terasa saat bermain bola voli. Lelaki itu sangat menyukai olahraga ini.
"Aduh! Panas banget!" Keluh Bagas. Lelaki itu duduk di lantai.
"Lebay dih, kaya cewek." Ejek Talita memancing.
"Semangat Talita!!" Ucap Ratu dan Safira bersamaan. Talita mulai melancarkan aksinya untuk mendekati Bagas.
"Lah Lo sendiri cewek, gimana sih,"
Ratu dan Safira menatap Bagas dan Talita yang sedang adu mulut.
Hingga tanpa sadar bola voli yang dilempar Arka mengarah ke kepala Safira, sengaja dilakukan oleh Arka karena iseng.
"Auh!" Safira memegangi kepalanya yang sakit.
Kepalanya mendadak pusing, penglihatannya pun buram. Semuanya melihat Safira. Pak Asep langsung mendekati gadis itu.
"Anak PMR! Ada yang mau pingsan!! Help we!!" Teriak Bagas.
"Help we apaan woy?" Tanya Talita.
"Tolong kami,"
"Oh,"
"Pak, saya izin pulang aja boleh enggak Pak? Badan saya enggak enak," pinta Safia sambil memegangi kepalanya.
"Eum, ya sudah. Rumah kamu jauh dari sini gak?" Safira menggelengkan kepalanya.
Pak Asep mencari keberadaan Arka. "Arka! Sini kamu!"
"Eh apa Pak?" Beo Arka.
"Sini!" Arka pun mendekatinya. Ia menatap sekilas keadaan Safira yang pucat.
"Karena kamu yang melempar bola, antar Safira ke rumahnya. Pinjam sepeda salah satu siswa,"
"Lah saya kan enggak sengaja Pak," bela Arka.
"Ya tapi gara-gara kamu Safira jadi kaya gini,"
"Arka tanggung jawab woy!" Teriak Bagas.
"Tanggung jawab apa? Emangnya Arka menghamili apa," gerutu Talita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we surrender? (End)
Teen FictionSafira itu gadis biasa, bukan gadis yang terkenal karena kecantikannya atau kepintarannya. Tidak terlalu cantik dan tidak terlalu bodoh. Ia menyukai salah satu lelaki di kelasnya yang bernama Arka. Hingga suatu hari Safira mengalami gejala-gejala k...