Tiga orang pelajar tengah berjalan ke arah sekolahnya. Saat sampai di hadapan gerbang, mereka langsung dihadang oleh satpam.
"Kalian dari kelas 12 IPS 1?" Tanya Satpam itu, tepat berdiri di hadapan Arka.
Kedua perempuan itu berdiri di samping Arka.
"Iya, Pak." Balas Talita.
"Oke, silahkan masuk,"
Lalu mereka bertiga masuk, dan ke kelas tanpa berbicara sepatah kata pun. Sesekali Talita melirik ke arah kiri, Arka dan Ratu. Biasanya mereka mengobrol, atau bercanda berdua. Tapi, sekarang mereka saling mendiamkan diri.
Terlihat ada seorang Guru tengah menjelaskan sesuatu, dan berdiri menghadap ke arah murid-murid.
Saat sampai di pintu kelas. Arka mendekati meja Guru.
"Pak, kita sudah menjenguk Safira," ucap Arka. Langkah kaki dua perempuan yang tadi berhenti, kini mendekati Arka.
"Baik, kalian duduk dulu saja ya. Nanti kita bahas sehabis jam pelajaran, Bapak sedang menerangkan yang Tugas Sholat jenazah itu,"
"Oke, Pak," balas Arka kemudian duduk di kursinya.
Lalu Ratu dan Talita pun sama. Mereka menundukkan badannya ketika melewati Pak Yusuf.
Ratu langsung sibuk mengeluarkan buku tulis. Talita menatap Ratu dari sampingnya.
"Rat, nanti sekelompok sama siapa?" Sebenarnya bukan ini yang ingin ia tanyakan, ada pertanyaan yang ingin dilontarkan tapi ia rasa ini bukan saatnya.
"Enggak tau, deh." Jawab Ratu yang sudah mengeluarkan buku Agama.
Ratu menggeser kursinya agar bisa melihat sosok Pak Yusuf. Sedangkan, teman sebangkunya masih menatap Ratu dari samping.
"Ajak Safira enggak? Eh tapi emangnya dia ikut? Kan lagi sakit," cerewet Talita. Well, ini pertanyaan yang ia ingin tanyakan.
Gadis yang pura-pura fokus ini menghadap ke arah teman sebangkunya. Kenapa temannya ini begitu cerewet?
"Talita, bisa diam dulu enggak sih? Ada Pak Yusuf lagi menerangkan, dengerin dulu coba," tegas Ratu dengan suara pelan.
Tangan Talita terangkat untuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kepalanya mengangguk kepada Ratu, lalu Ratu kembali menghadap ke depan untuk memperhatikan Pak Yusuf.
Talita pun menyusulnya. Ia melirik lagi ke arah kanan. Ratu sedang fokus memperhatikan. Pada akhirnya, Talita ikut fokus mendengarkan dan memperhatikan Pak Yusuf.
"Kalian bikin kelompok yang terdiri dari empat anggota. Perempuan sama perempuan, laki-laki sama laki-laki ya."
"Di video kan, videonya kirim ke nomor Bapak. Karena ini butuh pembelajaran, dan pengingatan, juga tugas video, Bapak kasih waktu satu bulan ya. Jangan lebih dari itu, satu bulan juga cukup,"
"Iya, Pak." Jawab beberapa murid.
"Ada yang mau ditanyakan?" Tanya Pak Yusuf.
Lelaki yang duduk bersama Gilang mengangkat tangannya tidak terlalu tinggi. Siapa lagi jika bukan Arka.
Pak Yusuf menoleh ke lelaki yang mengangkat tangannya itu.
"Kenapa Arka?"
"Pak, enggak usah mandi jenazah berarti ya?"
"Tidak usah. Sholat jenazah saja. Memangnya siapa yang ingin dimandikan kalo ada praktek kaya gitu?"
Abhi, Bagas, Gilang, Wesel, dan beberapa murid lainnya pun tertawa mendengar balasan Pak Yusuf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we surrender? (End)
Teen FictionSafira itu gadis biasa, bukan gadis yang terkenal karena kecantikannya atau kepintarannya. Tidak terlalu cantik dan tidak terlalu bodoh. Ia menyukai salah satu lelaki di kelasnya yang bernama Arka. Hingga suatu hari Safira mengalami gejala-gejala k...