Apa yang ada di saat aku tidak ada? Dan apa yang tidak ada saat aku ada?
•••
"Titip Safira ya. Gue mah beli jajanan dulu bentar, laper. Mau pada nitip ga?" Usul Arka lalu berdiri.
Safira tetap duduk di kursi rodanya. Saat Arka berdiri, Talita langsung duduk di belakang Safira untuk mengawasi gadis itu. Sisanya, Ratu duduk di samping Talita.
"Nitip bubur aja Gue, mah," jawab Talita.
"Uang?" Arka menyodorkan tangannya ke Talita.
"Pakai uang Lo dulu aja," jawab Talita.
Arka mengenyampingkan tangannya. Kemudian menghadap Ratu, dan memasang wajah bertanya.
"Enggak bawa uang," ucap Ratu.
"Safira, Lo mau beli apa?" Tanya Arka mengalihkan kepada Safira, badannya juga menghadap ke arah Safira.
"Enggak, deh. Enggak laper soalnya, nanti juga makan kok di dalem,"
"Oke." Arka menatap ketiga perempuan ini satu persatu kemudian pergi dari sini.
Di sana, Arka pergi ke warung terdekat.
"Ra, tau gak sih? Di kelas ada kejadian paling mencengangkan!" Ucap Talita heboh.
"Apa tuh?" Tanya Safira penasaran.
Tangan Talita mengubah kursi roda menjadi menghadap ke arahnya dan juga Ratu. Safira berhadapan dengan Ratu dan Talita.
"Lo tau Bu Leona enggak?"
Safira berpikir sejenak, kemudian berkata, "Yang seksi itu ya?"
"Heh mulutnya! Jahat betul," celetuk Ratu diselingi tertawa kecil.
"Tapi fakta kan," balas Talita sambil menatap Ratu sebentar.
Ratu menatap Talita juga lalu mengangkat bahunya acuh dan menatap Safira lagi.
"Dia selingkuh, anjir!"
"Mulutnya ya kalo gosip jangan ditambah unsur kasar kaya gitu, udah dosa malah tambah dosa,"
Talita melirik Ratu dengan tatapan sinis. Safira hanya diam saja, sedari tadi dua perempuan ini selalu berdebat.
"Lo bisa diem gak sih?" Sarkas Talita, matanya melotot ke arah Ratu.
"Ya bener kan? Enggak baik gosip orang, apalagi ditambah bahasa kasar kaya gitu,"
"Lo kenapa sih, atu?" Tanya Safira. Merasa sekarang Ratu sangat sensitif.
"Gapapa, cuma gak mau sahabat Gue tersesat aja," jawab Ratu acuh.
Tangan Ratu melipat di dadanya. Dia menatap ke arah kiri, mengalihkan pandangannya sambil menahan sesuatu di hatinya.
"Biarin aja, emang lagi sensitif dia tuh dari kemarin. Marah-marah aja kerjaannya, gak jelas emang," sindir Talita lalu menatap Safira lagi.
Safira melirik Ratu dan Talita bergantian, dan berhenti di Talita.
"Dia selingkuh, cuy! Beritanya ke sebar di sekolah. Dia kan udah punya suami, nah Gue gak tau beritanya bisa ke sebar gimana kan? Padahal kalo ada aib kaya gitu seharusnya ditutup kan. Lah ini mah malah ke sebar, aneh,"
"Oh. Mungkin ada yang nyebarin kali, atau ada yang benci sama Bu Leona," usul Safira. Sekali lagi melirik ke arah Ratu yang sedang bermain ponsel untuk menyibukkan diri sendiri.
"Terus ya tugas semakin hari semakin susah. Kaya hidup Gue aja," curhat Talita.
"Eh iya, Ra. Lo disini gimana? Enak? Punya teman enggak?" Tanya Talita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we surrender? (End)
Teen FictionSafira itu gadis biasa, bukan gadis yang terkenal karena kecantikannya atau kepintarannya. Tidak terlalu cantik dan tidak terlalu bodoh. Ia menyukai salah satu lelaki di kelasnya yang bernama Arka. Hingga suatu hari Safira mengalami gejala-gejala k...