Ratu menepati janjinya. Saat bel pulang berbunyi, ia menetap di kelas bersama Talita sambil menunggu Arka yang sedang piket.
"Rat, telepon ibunya dulu, gih," ucap Talita yang sedang memotret dirinya sendiri.
Tangan Ratu juga sedang memegang ponsel, namun hanya sekedar membuka aplikasi chat.
Ratu mengangguk dan mencari nomor ibunya Safira lalu menelponnya. Di saat Ratu tengah menyiapkan mental tiba-tiba suara Meli terdengar.
"Halo? Ada apa?"
Ratu menatap Talita karena gugup, dan Talita mengode Ratu agar langsung bilang tujuan mereka.
"Tante Meli, saya sebagai temannya Safira ingin menjenguk Safira. Kalo boleh tau, dia ada di rumah atau dimana ya, Tante?"
"Di rumah sakit. Kalo ingin menjenguk nanti saja, karena kondisinya masih parah. Sepertinya besok lusa saya akan menjenguk Safira, kalo mau kamu bisa datang ke rumah saya biar berangkatnya bareng-bareng."
"Oh gitu ya. Nanti besok lusa berarti saya sama teman-teman ke rumah Tante?"
"Teman-teman yang kamu maksud itu siapa? Jangan satu kelas di ajak ikut semua."
"Iya. Saya juga paham kali, Tan. Cuma ajak Saya, Talita, sama Arka doang. Tapi nanti saya izin sama walikelas, sekalian barangkali beliau ingin ikut juga, Tan. Gapapa kan?"
"Hmm, ya sudah. Pulang sekolah kalian jam tiga sore setelah Ashar kan?"
"Iya, Tante."
"Baiklah. Saya tunggu, tolong jangan lama."
"Iya sip, Tan! Makasih!"
Tut
Ratu mematikan sambungan itu dan langsung menyimpan ponselnya di atas meja.
"Tal, langsung pulang aja kali ya? Kan jadi nengok Safira nya besok lusa." Usul Ratu sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas dan memakai tasnya di punggung.
"Ya udah, yu pulang!" Talita memasukkan ponselnya ke saku rok.
Mereka berdua keluar dari kelas. Di depan kelas, ada Arka yang sedang memasukkan kertas-kertas yang tidak terpakai ke dalam tempat sampah.
Langkah Talita berhenti, begitu juga dengan Ratu. Karena mereka tau Arka ingin menjenguk Safira, dan keinginan itu harus dibatalkan karena suatu alasan.
Arka mendekati Ratu dan berhenti tepat di hadapan Ratu.
"Gimana? Apa kata ibunya?" Tanya Arka langsung ke inti.
Ratu terdiam sebentar sambil tersenyum tipis ke arah Arka.
"Ibunya bilang kalo Safira dirawat di rumah sakit. Kalo Lo mau ikut jenguk, besok lusa pulang sekolah ke rumah Safira dan tolong jangan ngaret," jelas Talita.
"Oh gitu. Jadi, hari ini batal jenguk Safira?" Tanya Arka kepada Ratu dan Ratu menganggukkan kepalanya pelan.
"Ya udah..., Kalo gitu mau pulang bareng enggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we surrender? (End)
Ficção AdolescenteSafira itu gadis biasa, bukan gadis yang terkenal karena kecantikannya atau kepintarannya. Tidak terlalu cantik dan tidak terlalu bodoh. Ia menyukai salah satu lelaki di kelasnya yang bernama Arka. Hingga suatu hari Safira mengalami gejala-gejala k...