"Sekarang waktunya kalian istirahat," Ucap Pak Herman sambil merapihkan bukunya.
"Sehabis ini masih pelajaran Bapak kan?" Tanya Pak Herman memastikan.
"Iya, Pak." Balas Arka.
Safira memasukkan bukunya ke dalam tas. Ia pergi ke meja Ratu saat Pak Herman sudah keluar kelas.
"Saf, Lo bawa makan enggak?" Tanya Talita yang duduk dengan Ratu.
"Enggak, lagi gak selera makan," balas Safira.
Safira duduk di kursi yang ada di hadapan Ratu.
"Kita berdua mau ke kantin, Lo mau ikut enggak?" Tanya Ratu.
"Enggak, deh. Gue tunggu disini aja,"
"Ya udah, Gue tinggal gapapa nih?" Safira mengangguk. "Gapapa,"
Ratu dan Talita pergi ke kantin. Safira pindah ke tempat duduknya. Di kelas hanya ada Arka, dan beberapa murid lainnya. Arka tampak sedang makan.
Safira menatapnya dari jauh. Ekspresi wajah Safira berubah saat ia merasa ingin batuk.
"Uhuk uhuk!"
"Uhuk uhuk!"
Tenggorokan Safira terasa gatal. Ia merasa ingin mengeluarkan sesuatu dari tenggorokan. Sepertinya dahak.
Safira buru-buru mengambil tisu di tasnya sambil menahan batuk. Matanya membulat saat ia tidak melihat tisu di tasnya.
Ia mencari tisu di kelas menggunakan matanya. Di meja Arka ada tisu, sepertinya milik lelaki itu. Safira tidak ingin mengganggu Arka yang sedang makan, tapi ia sangat membutuhkan tisu itu.
Akhirnya, Safira mendekati Arka.
"Ngapain?" Arka berhenti makan dan menatap Safira yang ada di hadapannya.
"Arka, aku boleh minta tisunya enggak?" Tanya Safira dengan suara serak.
"Ambil aja," balas Arka kemudian lanjut makan.
Safira langsung mengambilnya. Ia keluar kelas, takut batuknya menganggu Arka. Ia menutup mulutnya menggunakan tisu.
"Uhuk uhuk! Uhuk uhuk!"
"Uhuk!"
Mendengar suara Safira yang batuk-batuk, Ara berhenti makan. Ia melirik Safira lewat pintu, tapi tidak terlihat. Yang pasti ia yakin suara batuk itu milik Safira.
Saat sudah lega, Safira menjauhkan tisu itu dari mulutnya. Safira kaget saat melihat bukan dahak yang dilihat, melainkan darah.
"Safira!!" Panggil Ratu dari sebelah kanan.
Otomatis Safira menengok ke Ratu yang sedang berjalan ke arahnya, bersama Talita di sampingnya. Safira buru-buru membuang tisu itu ke tempat sampah.
"Mau enggak?" Ratu menawarkan mangkok yang berisi bakso itu.
Safira sangat suka bakso, tapi entah kenapa kali ini ia sangat tidak ingin memakan sesuatu.
Safira menggelengkan kepalanya. "Muka Lo pucat, Lo pusing?" Tanya Talita.
"Enggak," balas Safira.
"Safira mah emang putih kan. Udah ah masuk yu," Ratu masuk ke dalam dan duduk di kursinya.
Talita dan Safira pun menyusulnya. Saat Safira melewati Aksa. Ia mendengar Arka berkata sesuatu.
"Dasar cewek enggak tau terima kasih."
Safira paham jelas kalimat itu untuk dirinya. Ia lupa berterima kasih.
Safira duduk di hadapan Ratu. Ratu dan Talita mulai makan, Safira hanya menonton saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can we surrender? (End)
Teen FictionSafira itu gadis biasa, bukan gadis yang terkenal karena kecantikannya atau kepintarannya. Tidak terlalu cantik dan tidak terlalu bodoh. Ia menyukai salah satu lelaki di kelasnya yang bernama Arka. Hingga suatu hari Safira mengalami gejala-gejala k...