|| Bunga Gladiol

3.3K 545 26
                                    

Gwen POV

Aku berada di sebuah lapangan hijau. Langit sungguh sangat cantik, ketika aku menatapnya dari bawah. Aku bangkit, dan duduk di atas rumput yang agak sedikit basah. Lalu angin datang, menerbangkan rambutku ke sana ke mari.

Aku mengerutkan kening, melihat Mama dan Papa yang berdiri dan tersenyum menatapku. Aku segera bangkit dan berlari menuju mereka. Aku memeluk mereka dengan erat. Rasanya seperti mimpi aku bertemu lagi dengan Mama dan Papa.

"Gwen kangen," ucapku lirih. Mama dan Papa tersenyum. Keduanya saling pandang.

"Kamu harus kembali," ucap Mama. "Jadi anak yang baik ya Gwen. Mama sama Papa sayang sama kamu."

Aku menggelengkan kepala. "Enggak. Aku mau ikut Mama sama Papa. Dunia terlalu kejam."

"Nanti siapa yang akan menjaga aku lagi? Aku sudah gak punya siapa-siapa," ucapku lagi sembari menangis.

"Gwen sayang, kamu pernah ingat tidak? Waktu Papa dan Mama menitipkan kamu ke rumah Nenek?" ucap Papa. Aku mencoba mengingat-ingatnya. Lalu aku mengangguk.

"Dia yang akan menjaga kamu," bisik Papa. Aku terdiam, ingatanku belum sepenuhnya pulih. Siapa yang di maksud Papa?

"Waktunya sudah habis, kami harus kembali. Kamu juga, ya," ucap Papa. Mama dan Papa mundur kebelakang. Aku berteriak memanggil keduanya.

Namun keduanya hilang bersama cahaya yang datang. Seketika aku merasakan jiwaku merasa tertarik. Rasanya nyaman, membuatku memejamkan mata.

****

Author POV

"Dok, semua ini gak bener, kan?" ucap Leon menatap Dokter.

"Maaf, tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin.... "

"Dok lihat! Tangannya gerak!" pikek Lea di sela isak tangisnya. Semua orang yang berada di ruangan tersebut mendongak menatap tubuh Gwen yang sudah tertutup kain putih.

"Sebentar, saya akan mengecek keadaan pasien," ucap Dokter mengoreksi lagi ucapannya. Suster yang ada di ruangan tersebut meminta Lea, Leon dan Arian untuk keluar. Karena Dokter akan memeriksa kembali Gwen.

"Gue harap Gwen gak kenapa-napa," ucap Lea sembari menangis. Karena sejujurnya ia tidak sanggup jika salah satu sahabatnya meninggalkan dirinya lagi.

"Kita semua yang ada di sini juga berharap gitu, Le. Yang penting kita berdoa yang terbaik buat Gwen," jawab Leon. Keduanya hanya mengangguk.

Lalu Dokter membuka pintu ruang inap Gwen.

"Semua mukjizat dari Tuhan. Gweni masih bisa di selamatkan," ucap Dokter.

"Lalu apakah ia sudah sadar, Dok?" ucap Leon segera berdiri menatap Dokter.

"Pasien sudah sadar. Dan kini sedang di data oleh suster," jawab Dokter. Mereka segera masuk kedalam ruangan Gwen.

****

Gwen POV

"Apakah anda bisa mendengar saya?" ucap Dokter. "Kalau bisa mendengar, tolong anggukkan kepala anda."

Aku mengangguk.

"Apakah pandangan matanya kabur?" tanya Dokter lagi. Kini aku menggelengkan kepalaku.

"Silahkan anda istirahat lagi, suster cek kondisinya," ucap Dokter.

"Baik Dok," jawab Suster.

Dokter pergi meninggalkan ruangan. Aku hanya diam menatap langit-langit putih di atas ku. Memikirkan mimpi yang baru saja ku alami. Dimana aku bertemu Papa dan Mama. Belum lagi ucapan Papa terngiang-ngiang dalam ingatanku.

"Beruntung banget ya pasien ini. Gak jadi meninggal."

Aku mendongak, menatap Suster. Apakah ini nyata? Aku sedang tidak berhalusinasi kan? Aku bisa mendengar suara hatinya?

"Kenapa, Mbak? Ada yang sakit?" tanya Suster tersebut kepadaku. Mungkin karena aku terlalu menatapnya.

"Eum, enggak kok Sus, saya sudah baik-baik saja," jawabku.

Tiba-tiba pintu ruangan ku terbuka. Menampilkan sosok Leon, Lea dan Arian. Lea langsung memeluk tubuhku.

"Gwen, lo gak pa-pa kan? Lo gak jadi meninggalkan? Gue takut lo kenapa-napa," ucap Lea yang terlihat sangat khawatir.

"Iya Gwen, lo gak pa-pa? Ada yang sakit?" kini Leon yang bertanya begitu.

"Eum, gue udah gak pa-pa kok," jawabku tersenyum. Tiba-tiba sekelebat ingatan muncul di kepalaku. Arian, membunuh Mamanya di usia yang masih kanak-kanak.

Lea dan Nea yang berambisi menjadi Dokter bedah. Membuat mereka mencari mangsa untuk menjadi kelinci percobaan mereka. Dan Leon.... bahkan aku belum tahu apapun tentang Leon apa dia....

"Maaf, saya permisi, " ucap Suster. Kami semua mengangguk.

Jika di ingat-ingat semuanya memiliki background pembunuh. Bisa jadi pelaku dari teror selama ini adalah salah satu dari mereka. Tapi siapa?

"Gwen, lo kenapa? Kok ngelamun?" tanya Leon. Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku.

"Keadaan Kane sama Alana gimana? Mereka baik-baik saja kan?" tanyaku. Mengalihkan ucapan mereka.

"Iya, mereka baik-baik aja. Meskipun harus di rawat lebih intensif," jawab Lea. Aku mengangguk paham.

Aku mendongak ke samping. Dan menemukan buket bungan. Tanganku terulur untuk mengambil buket bunga di atas meja tersebut. Bunga ini bukannya bunga dari.....

"Kita gak tau siapa yang kasih bunga itu. Yang jelas bunga itu selalu ada setiap hari selama lo ada di sini," ucap Leon. Sebelum aku bertanya apapun.

Bunga ini adalah bunga Gladiol biasanya bunga ini di gunakan masyarakat romawi kuno sebagai bunga untuk orang meninggal. Dalam artian bunga ini menyimbolkan kematian. Dan aku ingat betul, seseorang pernah memberiku bunga ini juga.

"Kamu pasti akan suka karena ini bunganya aku petik sendiri," ucap seorang anak kecil lelaki yang memberiku bunga berwarna cantik ini.

"Ini bunga apa? Gladiol."

"Wah simbolnya apa? Persahabatan ya?"

"Bukan."

"Lalu apa?"

"Kematian. Hahaha... "

Aku mengingat semuanya. Jika yang memberi bunga ini adalah Raja. Apa dia juga yang dulu memberikan bunga ini kepadaku sewaktu masih kecil? Apa jangan-jangan....

"Gwen, lo punya teman selain kita?" tanya Lea tiba-tiba. Aku sadar dari lamunanku dan meletakkan kembali bunga tersebut di atas meja.

"Atau,  lo tahu bunga ini dari siapa?" sambung Leon.

"Enggak. Gue gak tahu bunga ini dari siapa," jawabku.

"Aneh, terus siapa yang kasih bunga ini?" gumam Lea. Kami semua diam. Sebenarnya aku ingin mengatakan semuanya kepada mereka. Bahwa seseorang yang mirip dengan Raja lah yang telah memberikan bunga ini.

Tetapi aku tahu, mereka tidak akan percaya dengan apa yang ku katakan. Jika benar Raja yang memberikannya pasti Raja masih hidup. Dan lantas kenapa dia memberikan bunga bersimbol kematian?

Kepalaku terasa sangat pusing untuk memikirkan semuanya. Saat pandangan mataku mulai kabur, aku melihat seseorang mengintip dari balik pintu.

Seseorang lelaki berkacamata yang sangat aku kenal. Dia Raja!

***

Jangan lupa vote comment dan Share ke teman-teman kalian.

Maafkuen typo!

Follow akun wattpad ku.

Follow juga akun IG aku @_myang04

See you!

Mayang 😎
15 Juli 2021

GAME OF THE DEATH✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang