|| Sisi Psikopat Kane

4.1K 606 23
                                    

Kami semua bergegas menuju rumah sakit. Sedari tadi Kane hanya menangis. Ia sangat khawatir dengan keadaan Mommy-nya. Kami berada dalam satu mobil. Semuanya ikut, tanpa terkecuali. Karena kami takut jika terjadi apa-apa dengan salah satu di antara kami.

"Tenang Kan, lo harus berdoa Tante Indira gak kenapa-napa," ucap Alana.

"Iya Kan, lo harus berdoa biar Mommy lo gak kenapa-napa," sahutku.

"Gue... gue takut Mommy kenapa-napa," ucap Kane sembari menangis. Tangisannya begitu pilu. Baru sekarang aku melihat Kane menangis tersedu-sedu kali ini. Yang ku lihat selama ini Kane sosok anak yang lebih ke jutek, dan cuek dengan keadaan.

"Leon, cepetan nyetirnya," ucap Kane.

"Iya Kan, ini gue udah berusaha buat nyetir cepat," jawab Leon masih fokus ke jalanan.

Leon mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Kami sampai harus memakai seat belt agar menjamin keselamatan kami.

"Leon awas!" teriak Arian di sebelah Leon.

Brakk...

Leon membanting stir hingga mobil kami menabrak pohon.

"Aduh kepala gue sakit banget," ucap Lea. Kesadaran ku mulai hilang. Kepalaku sangat pusing. Aku hanya dapat mendengar teriakan dari beberapa teman-temanku.

***

Suara sirine ambulance terdengar. Beberapa petugas ambulance segera mengevakuasi korban. Ada beberapa yang luka-luka ada juga yang tidak sadarkan diri. Aku hanya terdiam, ketika beberapa orang yang berjalan melewati ku. Dengan jelas, aku melihat tubuhku di bawa oleh petugas medis.

"Gwen... bangun, " ucap Leon sembari menggoyangkan tubuhku. Tapi tunggu dulu, kenapa Leon tidak bisa melihat aku di sini?

"Leon! Gue di sini! " ucapku sembari menggapai baju Leon. Namun, tidak bisa. Tembus begitu saja. Apa yang sebenarnya terjadi denganku?

Leon hanya diam, dan seolah-olah tidak mendengar ucapan ku.

"Lea! Lea! Bangun Le!" ucap Leon menggoyangkan tubuh Lea juga. Apa mungkin sekarang roh dalam tubuhku sedang terpisah dengan tubuhku? Lalu bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa kembali ke dalam tubuhku?

"Leon... "

Aku mendongak ketika mendengar sebuah suara.

"Kane, lo gak pa-pa?" ucap Leon berjalan menuju Kane.

"Tangan gue sakit, Eon, " ucap Kane melihat luka di tangannya. Tiba-tiba Kane terbangun dari tempatnya. "Leon, gue harus ke rumah sakit. Gue harus tahu keadaan Mommy gue!"

"Kane, lo harus lihat kondisi tangan lo!" ucap Leon melarang Kane untuk pergi.

"Gue gak mau kehilangan Mommy gue Eon. Gue gak mau!" ucap Kane dengan tangisan yang begitu deras di pipinya.

"Sabar Kan, gue yakin Mommy lo gak kenapa-napa, " ucap Leon. Beberapa petugas kesehatan mengevakuasi mereka. Aku ikut masuk ke salah satu ambulans yang ada.

***

Aku duduk di ruang tunggu, menemani Leon yang memang tidak mengetahui keberadaan ku. Memang benar, dalam keadaan ini Leon lah yang lukanya tidak begitu parah. Leon hanya mengalami luka-luka kecil saja. Sementara tubuhku, masuk kedalam ruang ICU.

Suara pintu terbuka, aku dan Leon kompak melihat kearah sumber suara.

"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Leon kepada Dokter.

"Pasien cukup kritis, detak jantungnya begitulah  lemah, dan pasien juga mengalami koma, " jelas Dokter.

"Apa? Koma?" ucap Leon terkejut. Aku sudah menduganya, karena sekarang arwahku keluar dari tubuhku. Aku melirik dari kaca yang ada di pintu ruangan ICU. Melihat sendiri tubuhku berbaring lemah di dalam sana.

GAME OF THE DEATH✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang