Aku memejamkan mata, membiarkan kaca menggores pergelangan tanganku. Mau jadi apa aku jika terus hidup? Membunuh semua orang?
Brakk....
Aku jatuh, ketika seseorang mendorongku.
"Gwen! Apa yang mau lo lakukan!" teriak seseorang.
"Alvaro? Kenapa lo halangi gue? Gue mau mati aja," ucap ku. "Lo tahu semua ini kan? Kenapa lo ga pernah bilang sama gue, Al? Kenapa?" ucapku lirih, tenagaku sudah habis, hanya bisa menangis sekarang.
Alvaro memelukku. Mendekap tubuhku dengan erat. Aku hanya bisa menangis di dalam dekapannya.
"Maafin gue, tapi emang harus seperti ini.
Lo tahu kan Raja mati gara-gara mereka. Raja ninggalin kita semua gara-gara mereka, " lirih Alvaro.Raja, aku masih sangat mengingatnya. Air mataku bertambah deras, ketika mendengar nama Raja. Aku bodoh, karena membiarkan mereka membunuh Raja.
"Anna, tenang sekarang kamu gak akan lagi ketakutan, karena aku selalu ada buat kamu. Anna aku sayang banget sama kamu. Kalau kita udah dewasa, kita akan nikah. Dan aku janji akan menjaga kamu, selamanya... "
"Arghh... "
Aku berteriak, sembari melepaskan pelukan Alvaro.
"Gwen... "
"Raja... "
"Gwen, tenang... "
Raja sosok yang begitu penting di dalam kehidupanku. Dan aku baru ingat semuanya. Aku, Raja, Sandrina dan Alvaro kami teman sewaktu kecil. Raja dan Alvaro selalu menolongku, mereka melindungi ku. Dari Sandrina.
"Gak ada yang perlu di salahkan. Karena mereka semua udah mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan," ujar Alvaro di sela-sela lamunanku aku masih bisa mendengarnya.
"Enggak, semua ini salah gue Al," lirihku. "Bibit permasalahannya ada di gue," sambung ku.
"Gwen, berhenti nyalahin diri lo sendiri," ucap Alvaro meyakinkan ku.
"Gwen!"
Aku dan Alvaro mendongak ke sumber suara. Kami kaget, karena mendapati Leon dan Tante Disti.
"Astaga Kane!" ucap Leon bertambah syok.
"Gwen, kamu gak kenapa-napa sayang?" ucap Tante Disti. Tante Disti memelukku.
Aku menangis dalam dekapan Tante Disti. "Aku... aku salah Tan... " lirihku.
"Aku pembunuh Tan... " sambung ku dengan nada suara yang masih lirih. Tante Disti ikut menangis, ia mengusap kepalaku begitu lembut.
"Bukan kamu sayang, tapi Sandrina. Maafkan Sandrina, " balas Tante Disti. "Maafkan Giel juga. Tante sudah mendengar semuanya. Giel dan teman-temannya yang membunuh Raja di depan kamu. Membuat sosok Sandrina yang sudah terkubur muncul lagi."
"Tan, apa benar Sandrina dan Giel kembar?" tanyaku.
Tangisan Tante Disti bertambah deras ketika aku menanyakan hal itu. "Salah Tante memang Tante menitipkan Sandrina ke Mama kamu."
"Keluarga suami Tante tidak pernah menerima anak perempuan. Tante takut, kalau Sandrina di buang ke panti asuhan. Jadi Tante titipkan Sandrina ke Mama kamu. Sandrina tatap tahu kalau Tante Mamanya. Dia juga tahu kalau dia punya kembaran bernama Giel."
Aku terdiam, membayangkan sesakit apa hidup Sandrina selama ini. Selain tertutup, Sandrina sangat antisosial. Dia hanya dekat dengaku, atau tidak dengan Raja dana Alvaro sejak kecil.
Aku menatap Leon yang menatapku. Entah kenapa aku merasakan kebencian. Apa aku membenci Leon? Tapi kenapa? Tiba-tiba kepalaku sakit.
"Gwen kenapa?" tanya Tante Disti.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OF THE DEATH✔️
Mystery / ThrillerSetelah ketua gengnya meninggal. Keadaan semakin runyam. Mereka harus menemukan siapa pelakunya. Satu persatu meninggal. meninggalkan teka-teki yang sulit di pecahkan. Siapa pelakunya? siapkah kalian bermain. GAME OF THE DEATH....