|| Siapa Pelakunya?

7.9K 922 120
                                    

Aku hanya diam menatap sebuah bendera kuning yang tertancap di atas pagar rumah. Jadi berita kematian Giel benar? Lelaki itu benar-benar sudah meninggal? Aku menghela nafas, lalu melangkah keluar dari mobil. Di depan sudah ada Leon dan Rian. Keduanya nampak begitu terpukul dengan kepergian Giel.

"Eon, Ian, apa yang terjadi?" tanyaku. Rian diam, dengan wajah datarnya. Leon, mengusap bahuku pelan.

"Kejadiannya begitu capat Gwen. Tadi pagi, Mbok Sum menemukan Giel sudah tidak bernyawa di depan pintu rumah," ucap Leon. "Padahal semalam, dia masih main bareng sama kita," sambung Leon.

Kenapa seaneh ini? Giel mati di temukan di depan pintu rumah. Berarti kejadian itu  tepat setelah Giel pulang main dengan mereka.

"Kalau gitu, gue kedalam dulu," ucapku. Leon menarik lenganku.

"Gue mohon, jangan buka peti Giel," ucap Leon. Aku mengerutkan keningku. Seakan bertanya 'kenapa.'

"Ba.... Badan Giel, hancur...,"

Ucapan Leon berhasil membuat kedua bibirku terbuka kaku.

"Ha... Hancur?"

"Badannya di mutilasi, kedua matanya gak tahu kemana. Pokoknya gue minta jangan buka peti Giel," ucap Leon menjelaskan. Aku masih speechless mendengar ucapan Leon.

"Gwen, lo baik-baik aja kan?" ucap Leon. Aku tersadar  dari lamunanku.

"Eh iya, kalau gitu gue ke dalam dulu," ucapku. Aku pun masuk kedalam rumah duka Giel. Di dalam rumah, aku bertemu Lea dan Nea yang sedang menangis. Si kembar itu tampak kompak dengan kacamata mata hitam yang mereka kenakan.

Di lain tempat, aku melihat lagi Alana yang sedang menangis juga. Namun, nampaknya gadis itu tidak bisa lepas dari Kane.

Kane berbeda, dia hanya diam dengan tatapan wajah yang kosong. "Gwen akhirnya lo datang juga."

Nea, dia yang awalnya menyadari keberadaan ku. Alana bangkit, lalu memeluk tubuhku.

"Lo yang sabar ya Gwen. Giel udah gak ada. Dia udah gak sama kita lagi," ucap Alana menangis dalam pelukanku.

Walaupun sebagai pacar Giel entah kenapa aku biasa saja atas kepergian Giel.

"Lo gak liat Lan? Dia aja sama sekali gak sedih atas kepergian Giel," ucap Kane.

Kane menatapku dengan tajam. "Gara-gara lo, Giel meninggal!" ucap Kane.

Aku menggelengkan kepalaku, tidak habis pikir dengan tuduhan Kane.

"Harusnya lo gak di sini! Harusnya lo pergi dari sini!" ucap Kane lagi.

"Kane! Lo jangan memperkeruh suasana. Gweni gak tau apa-apa soal ini," ucap Lea membelaku.

Kane diam, menatapku tajam lalu pergi meninggalkan kami semua.

"Jangan dengerin ucapan Kane Gwen. Lo gak mungkin ngelakuin semua ini. Karena kan lo gak tau apa-apa, " ucap Alana mengelus bahuku. Aku hanya mengangguk.

****

Pemakaman Giel telah selsai. Tante Disti menaburkan bungan di atas makam Giel. Aku mengelus bahu Tante Disti.

"Gwen kamu mau nginap di rumah Tante? Mau ya, nemenin Tante," ucap Tante Disti.  Sebenarnya aku kasihan dengan Tante Disti, pasti dia di rumah sendirian hanya bersama pembantu rumah tangganya.

"Iya Tan, Gwen nginep di rumah Tante," ucapku seraya tersenyum. Tante Disti membalas senyumanku.

"Ajak teman-teman kamu ya," ucap Tante Disti aku mengangguk. "Kalau gitu, Tate tunggu di rumah," sambung Tante Disti.

GAME OF THE DEATH✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang