|| Titik Terang

2.9K 454 38
                                    

Kane berjalan lemas kearah Leon ia duduk di kursi taman sore itu.

"Udah dapat apa yang lo mau?" ujar Leon menatap Kane dari samping. Kane diam, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukan Sekar pelakunya. Gue yakin itu," ucap Leon.

"Tapi gue beneran jelas dengar suara Sekar, Eon!" bantah Kane.

"Kane, lo kan tahu kondisi Sekar gimana. Kayaknya tuh gak mungkin. Karena Sekar sendiri aja begitu. Histeris setiap liat orang. Mana bisa dia ngerekam kegiatan lo. Ikutin lo tiap hari. Gak mungkin bisa, kan?" ucap Leon panjang lebar.

Kane meresapi ucapan Leon. Memang benar jika di pikir-pikir. Tidak mungkin Sekar melakukan semua itu. Kecuali ada orang yang membantunya.

"Apa jangan-jangan, orang yang neror kita selama ini yang bantu Sekar?" ucap Kane menatap Leon.

Leon mengangkat kedua bahunya. "Gue gak tahu. Tapi sepertinya gitu. "

"Eon, lo pernah curiga sama Gwen?" ujar Kane tiba-tiba. Hal ini tentu membuat Leon menatap Kane dengan serius.

Leon sama sekali tidak bisa berkata-kata.

"Eon! Jawab gue, lo juga curiga sama Kane, kan?" desak Kane. Tiba-tiba gadis itu membuka tasnya. Dan mengambil sebuah buku dalam tasnya.

"Buku harian Giel? Lo dapat dari mana?" ucap Leon kaget. Katika melihat buku di pangkuan Kane.

"Gue nyolong dari Gwen," jawab Kane jujur. Kane membuka buku itu, sampai di sebuah halaman.

Senin, 15 januari 2017

Dia sangat cantik, baru kali ini aku benar-benar terpikat kepada perempuan sampai seperti ini. Kata Mama aku harus menjaganya dengan baik. Karena dia akan menjadi jodohku. Setelah sembuh nanti aku janji akan mengenalkannya kepada teman-temanku.

Gweni Annatasya Bimantara, gadis cantik yang mulai hari ini aku menaruh rasa kepadanya. Kamu harus sembuh ya. Aku akan selalu di sini bersama mu.

Leon langsung merebut buku itu dari tangan Kane. "Gwen sakit apa?"

Kane menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak tahu apa yang di alami oleh Gwen. Leon membuka halaman selanjutnya.

Rabu, 17 Januari 2017

Aku tidak tega melihatnya begini terus. Kondisinya semakin memburuk. Bahkan hari ini dia berteriak histeris. Terapi yang di lakukan seakan tidak menghasilkan apa-apa. Aku dan Mama sudah merencanakan akan membawa Gwen ke luar negri. Agar mendapatkan psikiater yang baik. Yang bisa mengembalikan kondisinya.

"Psikiater?" gumam Kane. "Dia gila?"

Leon tidak menghiraukan ucapan Kane. Ia langsung melihat halaman selanjutnya.

Sabtu,  20 Januari 2017

Hari ini hari keberangkatan kami ke luar negri. Demi menyembuhkan Gwen dari sakitnya. Aku ikut bersama Mama. Semoga Gwen segera sembuh dari semua ini. Aku tidak tega melihatnya terus menyakiti dirinya.

Kane terdiam, menatap Leon lekat. "Eon, lo pernah ingat gak sih? Kalau Giel pernah bilang nemenin saudaranya yang sakit jiwa?"

Leon terdiam, seperti mengingat-ingat sesuatu.

"Malam ini bisa kan lo? Gak seru banget gak ada lo. Apalagi si Davin sama temen-temennya suka rese ke kita," ucap Leon menatap Giel di depannya.

"Duh sorry guys, gue gak bisa," ucap Giel menatap temamnya satu persatu.

"Giel, lo kok gitu sih? Lo tuh berubah. Jadi gak ada waktu buat kita," ucap Kane memeluk Giel dari belakang.

GAME OF THE DEATH✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang