Amanda tak habis pikir, kenapa dirinya bisa jatuh pada pesona seorang Kenzo Ardinata?
Kenzo bukanlah mahasiswa popular di kampus mereka. Pria itu tidak datang ke kampus menggunakan mobil sekelas BMW atau mini cooper, dia juga bukan si juara kelas dengan IPK nyaris menyentuh angka empat. Kenzo tidak pernah mengikuti organisasi mahasiswa sekelas BEM atau HMJ, dan dia bukan tipikal pria dengan ketampanan diatas rata-rata.
Benar-benar pria biasa.
Dia selalu datang ke kampus menggunakan kendaraan umum, dia bukan tipikal mahasiswa berprestasi, namun kegemarannya adalah membaca buku. Ditemani kacamata tebalnya, ia sering bergumul dibalik sampul bukunya yang beragam di setiap harinya. Tak susah mencari keberadaan pria itu, jika bukan dikelas berarti ada di perpustakaan. Sisanya? Ya pulang.
Sejauh ini, hanya itulah yang Amanda ketahui tentang teman sekelasnya itu.
"Gak akan ada kemajuan kalau lo sukanya sama cowok modelan kayak begitu."
Amanda yang tengah memperhatikan sosok Kenzo dari jauhpun sontak mengalihkan fokus pada teman wanita yang kini duduk dihadapannya. Namanya Julia, dia memang dijuluki mak comblang andalan jurusan mereka. Lalu saat ini, si mak comblang andalan mengatakan bahwa tidak ada harapan antara dirinya dengan Kenzo. Astaga, seorang mak comblang saja berkata seperti itu!
"Bener, setiap hari dia cuman ada di kelas dan perpustakaan. Lo bakalan bingung harus pendekatan lewat mana. Syukur-syukur kalau ketemu di acara inagurasi, festival kampus, atau kantin. Lah ini? Yang dia butuhin cuman asupan bacaan daripada makanan!" Bisik Gita dengan panjang lebar.
Sama halnya seperti Julia, Gita juga sudah menunjukkan tanda menyerah akan perasaan sang sahabat. Gadis pecinta dunia malam itu nampak menutup buku bacaannya dan merapihkan beberapa buku lain nan berserak diatas meja. Setelah itu ia membawanya kembali ke rumah mereka masing-masing. Maksudnya, rak dimana buku-buku itu tadi berasal.
"Kuy, cabut... ada kelas kan habis ini?" Ajak Gita kepada dua sahabat karibnya itu.
"Yah Git, masih 10 menit lagi..." elak Amanda yang masih betah berada di perpustakaan ini. Tentu suatu hal nan membuatnya betah bukanlah buku-buku ditempat beraroma kertas tua tersebut. Melainkan seorang penghuni tetap ruangan ini yang selalu duduk di sudut ruangan dengan kedua telinga yang ditutup oleh headphone kesayangannya.
Benar-benar tidak bisa diganggu.
"Lebih baik kecepetan dari pada terlambat, Manda..." Julia menarik tangan Amanda yang mau tak mau langsung mengikuti langkah kakinya meninggalkan ruang perpustakaan. "Arzie katanya nungguin kita di depan perpus. Yuk, buruan!" Mereka langsung berlari kecil masuk kedalam lift dan turun meninggalkan lantai tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
."Astaga... mau-mau aja lagi lo nemenin si bawel ngeliatin cemcemannya."
Pria bertubuh tinggi dengan mata minimalis itu tertawa puas sampai menepuk dahinya ketika mendengar cerita teman-temannya tentang apa yang mereka lakukan di perpustakaan tadi. Rencana mereka mau baca-baca buku buat menambah referensi tugas, justru beralih dengan memandangi pria yang sama sekali tidak bergerak selama satu jam lebih di tempat duduknya.
"Tapi lo setuju gak sih kalau gue bilang ke Amanda supaya move on dan cari cemceman yang baru?" Tanya Julia kepada Arzie.
"Ya, terserah Manda lah." Arzie menoleh pada wanita nan duduk disampingnya, lalu tersenyum simpul melihat bagaimana Manda hanya mengerucutkan bibirnya lalu meneguk minuman dari botol minumnya sampai habis.
Amanda memang tergolong polos untuk wanita yang sedang jatuh cinta. Arzie, Julia dan Gita sangat jarang mendengar teman mereka yang satu itu tertarik pada lawan jenis selama mereka bersahabat. Sampai akhirnya di suatu malam Amanda kalah main truth or dare, barulah disana ia mengaku bahwa selama tiga bulan kebelakang dirinya menaruh hati pada cowok paling misterius dan anti sosial di kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Titik
Teen FictionSemua orang memiliki awalan kisah mereka masing-masing, namun tak semua orang mengakhirinya sampai titik. Berbeda denganku, aku akan mengakhiri perasaan ini sampai titik terujung dalam kisah kehidupanku, terlebih lagi bab tentang dirinya. Bukan, buk...