29.

423 70 28
                                    

Lengkungan bibir pada kedua sejoli itu masih belum juga mereda hingga detik ini. Kenzo masih belum bisa melupakan bagaimana kekasihnya itu menyorakkan tanda kegembiraan ditengah-tengah kerumunan manusia yang berharap bisa mendapatkan buket bunga ditangannya tadi. Sementara Manda, ia masih tersenyum mengusap lembut kelopak-kelopak bunga ditangannya yang entah mengapa terasa sangat indah melebihi gambar-gambar bunga di internet. 

"Kayaknya, kamu bahagia banget ya hari ini?" Kenzo akhirnya membuka suara, masih dengan satu tangannya yang difungsikan tuk mengemudi kendaraan, sementara yang satunya lagi bertumpu pada pinggiran jendela mobil sembari jemari tangannya mengusap-usap bibirnya menutupi lengkungan disana. Seperti biasa, pria itu selalu menggunakan sejuta cara supaya orang-orang tak bisa melihat wajah tersenyumnya yang tampan itu. 

"Hm, kayaknya kamu juga bahagia banget hari ini?" Balas Manda yang tersipu malu mendengar perkataan Kenzo barusan. 

"Siapa yang gak bahagia punya pacar kayak kamu Man?" 

Kenzo mengucapkan kalimat barusan dengan suara pelan, terdengar seperti gumaman sederhana, namun Amanda bisa menangkap semua itu dengan jelas. Ayolah, mereka hanya berduaan di dalam mobil yang sepi, bahkan suara radiopun seolah segan mengudara tuk menginterupsi kebersamaan sepasang kekasih tersebut. Wanita berparas cantik satu itu tak bersuara lagi setelahnya, ia hanya tersenyum diam dan kembali memainkan kelopak bunganya. 

"Memangnya target kamu menikah umur berapa?" Tanya Kenzo lagi kepada Manda. 

"Aku?" Tanya gadis tersebut. 

"He'em" jawab Kenzo.

Amanda mengangkat wajahnya menatap lurus kedepan. Ia tak pernah menaruh ekspetasi tinggi terhadap pernikahan sampai sejauh ini. Baginya, jika memang sudah saatnya untuk menikah, maka ia akan menikah dengan pria yang ia cintai. Namun begitu ia menoleh pada pria disebelahnya ini, seketika perasaan itu kembali membuncah, membuat kelopak-kelopak bunga di dalam hatinya seolah meledak, ingin memiliki pria itu lebih jauh lagi. 

Rasanya baru kemarin ia memandangi sosok Kenzo Ardinata yang selalu membaca buku di sudut perpustakaan dalam diam. Siapa sangka jika sekarang pria yang ia kira tak akan pernah bisa disentuh itu justru menjadi kekasihnya? Apalagi secara tiba-tiba, Kenzo bertanya perihal pernikahan terhadap Amanda. Bukankah dewi asmara, dewi fortuna dan dewa-dewi lainnya sedang berpihak padanya semua? Lantas, apakah ini saat dimana ia bisa berharap lebih? 

"Hm, kalau kamu?" Alih-alih menjawab, Amanda justru membalikkan pertanyaan itu kepada sang kekasih tercinta. 

"Aku gak punya plan untuk menikah dari dulu." Jawab Kenzo langsung. 

Seketika Amanda merasa seperti hatinya patah terbelah menjadi dua. Ia tak tahu apakah Kenzo mendengar suara patahan hatinya atau tidak, tetapi rasa sesak seketika menjalar sebagai akibat dari patahan hati tersebut. Syukur Amanda masih bisa mengontrol raut wajahnya saat ini. Jika dipikir-pikir, bertahan menjadi pasangan di zona inipun tak ada salahnya, daripada terikat hubungan pernikahan yang menyiksa. Benar kan?

"Oh." Hanya itu respon dari Amanda. 

Kenzo tersenyum dan mengangguk pelan, "Sampai akhirnya aku ketemu kamu, keluarga kamu, teman-teman kamu. Tiba-tiba pemikiranku untuk tidak menikah mulai berubah," ucap Kenzo yang berhasil membuat gadis disebelahnya ini memutar kepala untuk menatapnya, "kira-kira, mungkin gak kalau kita sampai punya anak ya Man?" Tanya Kenzo lagi, membalas tatapan mata Amanda dengan ikut menoleh dan tersenyum hangat kepada gadis tersebut. 

"Anak?" Ulang Amanda. 

"Iya, anak." 

"Ah, kamu mah mikirnya kejauhan."

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang