Hal yang paling Amanda sukai dari hujan lebat adalah pelagi nan akan muncul setelah badai itu reda. Ditariknya nafas dalam-dalam, mengisi paru-paru dengan asupan oksigen dari sisaan sejuknya sore hari ini, lalu tersenyum sembari membuang nafas secara perlahan. Merasa puas, langkah kakinya kembali mengayun memasuki gedung pertunjukan sebab ia akan melakukan pemotretan untuk poster pertunjukan ini.
Rasanya kemarin itu dadanya terasa sesak dan mungkin menjalani haripun ia sudah tak punya kekuatan lagi. Namun entah mengapa, semua ketakutannya seketika sirna bergantikan semangat baru yang ia tak tahu datangnya darimana. Mungkin memang seperti inilah sosok Amanda sesungguhnya. Selalu semangat, ceria, tak peduli badai, topan ataupun halilintar menerpa.
Meski begitu, sejujurnya masih ada segelintir keraguan nan menjalar di dalam hati Amanda. Terutama mengenai pria si penyebab hatinya merasa gundah gelisah dan sedikit merana akhir-akhir ini. Sejak kejadian di depan gudang kemarin, Amanda tetap bersikap profesional walaupun semua yang ia lakoni tidak berjalan maksimal. Namun hari ini, gadis berkaos coklat muda itu tak tahu apakah suasana hatinya akan tetap seperti ini setelah bertemu dengan pria itu.
Alias, Kenzo Ardinata.
Larut dalam pergumulannya sendiri, tanpa terasa Amanda sudah tiba di ruangan yang penuh dengan lensa kamera beserta perangkat-perangkat lainnya seperti sebuah backdrop besar berwarna putih. Gadis itu tersenyum menyapa beberapa teman panitia, termasuk Catherine di dalamnya.
"Gue telat ya?" Tanya Amanda kepada kekasih dari Robin tersebut.
"Aman kok aman, Kenzo juga baru aja dateng. Kayaknya sih lagi make up sekarang." Jawab Catherine sembari merangkul lengan kurus Amanda menuju sebuah ruangan dimata gadis itu akan berganti penampilan menjadi seorang balerina cantik dan anggun.
Amanda menurut masuk kedalam sebuah ruangan yang Catherine arahkan padanya. Sebuah tempat yang sudah tak terlalu asing bagi Amanda, sebab hampir setiap hari ia menginjakkan kaki di tempat ini untuk bersiap diri. Mungkin setelah pertunjukan nanti selesai, gadis itu akan merindukan ruangan ini beserta segala keriuhan di dalamnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah setengah jam bersiap diri, Amanda akhirnya selesai merubah diri menjadi seorang balerina cantik dengan rambut yang digulung tinggi keatas. Gadis itu berdiri tepat di depan backdrop berwarna putih dan tersenyum manis kepada kamera. Ia bersikap seolah-olah seluruh lensa tengah mengarah kepadanya, tanpa sadar bahwa ia akan melakukan pemotretan bersama satu orang lain yang sedari tadi sudah berdiri disampingnya.
"Man, bisa geseran gak? Soalnya ada Kenzo." Ujar Catherine nan berdiri dibalik layar monitor di depan mereka.
"K-kenzo? Mana?" Tanya Manda bingung.
"Disini." Jawab sosok yang dimaksud.
"Astaga!"
Gadis itu sontak bergeser kesamping dengan raut wajah seolah ia baru saja bertemu hantu. Manda menutup kedua matanya menggunakan satu tangannya, seiring seluruh panitia di ruangan ini tertawa melihat respon Amanda ketika pertama kali melihat Kenzo full make up seperti ini. Bukan hanya teman-teman panitianya itu saja, Kenzo sendiripun ikut menahan senyum melihat reaksi Amanda terhadap penampilannya sekarang.
Pria itu benar-benar berbeda 180 derajat melebihi 180 derajat itu sendiri. Melihat sosok Kenzo yang culun berubah menjadi Marty di klub malam kemarin saja ia cukup terkejut, apalagi dari Kenzo menjadi perompak seperti ini? Mata tajam pria itu nampak dihiasi eyeliner disekelilingnya, tim tata rias juga membuat sedikit kerutan, bekas luka, hingga kumis dan jenggot tipis pada paras tampan pria satu itu. Astaga, Amanda masih tak menyangka dan juga takjub akan kemampuan tim tata rias terhadap Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Titik
Teen FictionSemua orang memiliki awalan kisah mereka masing-masing, namun tak semua orang mengakhirinya sampai titik. Berbeda denganku, aku akan mengakhiri perasaan ini sampai titik terujung dalam kisah kehidupanku, terlebih lagi bab tentang dirinya. Bukan, buk...