Fr : Brian
To : AmandaFr : Brian
To : AmandaAda yg gamau pulang dri warnet, krn ngerasa ga enak sm lu katanya.
Fr : Amanda
To : BrianAstagaa, gw ga kenapa-napa padahal :(
Fr : Amanda
To : BrianBri, perlu gw kesana buat maksa dia tidur? Udah jam 11 malem ini
Fr : Brian
To : MandaGausa Man, sans.
Brian mengantongi benda pipih ditangannya itu, lalu membuka pintu kaca yang mana hanya ada Kenzo saja di dalam sana. Pria itu seolah lupa dengan keadaan sekitar, berfokus pada permainan komputer di hadapannya.
Menghadapi Kenzo yang seperti ini sudah bukan hal rumit lagi bagi pria bertubuh jangkung tersebut, ia bahkan pernah berlutut supaya Kenzo mau makan, sebab sahabatnya itu mogok makan selama satu hari penuh kala itu. Dan sudah dapat ditebak apa penyebab aksi mogok makan tersebut, tak lain dan tak bukan karena ayahnya pergi ke Jepang tanpa berkabar sama sekali.
"Manda udah konfrimasi ke gue kalau dia baik-baik aja, dia gak ilfeel lihat keluarga lo. Jadi gimana? Masih belum mau pulang?" Tanya Brian nan kini tengah bersandar pada pintu kaca dibelakangnya.
"Lo pulang duluan aja, gue nanti balik naik taksi."
"Engga Zo, gak ada taksi-taksian, lo kalau gak dipaksa pulang pasti gak bakalan pulang. Paham betul gue."
"Nanti jam 3 gue pulang."
"Jam 3 apa? Tanggal berapa? Gak lucu kalau lo balik jam 3 tahun depan, ya kan?"
"Berisik lo! Gue lagi main anjir."
Brian mendecak pelan dan menguap lebar karena rasa kantuk mulai menguasainya saat ini. Pria berkaos hitam polos itu nampak menarik kursi kosong pada bilik lain, dan duduk disamping Kenzo tanpa mengatakan apapun lagi. Kali ini, mulutnya benar-benar ia jahit sehingga tidak ada satu satapun yang keluar dari sana.
"ANJING!" Kenzo menampar keyboard ditangannya kuat, membuat Brian yang sedari tadi diam adem harus terperanjat karena teriakan tersebut.
"Kenapa lo!?" Panik Brian kepada Kenzo.
"Kalah lagi gue sial."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Titik
Teen FictionSemua orang memiliki awalan kisah mereka masing-masing, namun tak semua orang mengakhirinya sampai titik. Berbeda denganku, aku akan mengakhiri perasaan ini sampai titik terujung dalam kisah kehidupanku, terlebih lagi bab tentang dirinya. Bukan, buk...