3.

715 109 31
                                    

"Sekian untuk hari ini, saya tunggu laporannya nanti malam."

"Baik pak..."

Seluruh mahasiswa maupun mahasiswi di kelas inipun langsung merapihkan peralatan kuliah mereka seperti buku-buku dan alat tulis, sementara dosen pengampu mata kuliah sudah berjalan keluar meninggalkan ruangan.

Tak terkecuali Amanda serta ketiga sahabatnya Gita, Julia dan Arzie. Mereka juga terlihat sibuk memasukkan barang-barang mereka kedalam tas hingga tak ada yang tertinggal lagi diatas meja. Seperti biasa pula, Julia menjadi si pertama yang selesai melakukan aktivitas tersebut sementara teman-temannya masih sibuk menata isi tas.

"Makan dulu atau cari materi dulu di perpus?" Tanya Julia seraya menoleh kebelakang, lebih tepatnya kepada tiga temannya. Ya, hari ini dia ketahuan mengantuk dikelas, sehingga Pak Abi meminta Julia untuk duduk di depan supaya fokus dengan materi. Sungguh sial, tapi terkadang dia memang perlu diperlakukan seperti itu.

"Makan dulu lah, laper." Jawab Arzie nan tengah memeriksa notifikasi ponselnya dan diangguki kepala oleh Gita yang sudah selesai merapihkan isi tasnya disusul oleh Amanda setelahnya.

"Makan apa ya enaknya?" Tanya Gita.

Ketiganyapun langsung terlibat dalam diskusi mendalam mengenai tempat makan siang pilihan mereka. Padahal tadi saat diminta berpendapat mengenai materi hari ini, ketiganya menutup mulut mereka rapat-rapat seolah ada lem setan yang diolesi pada bibir ketiganya. Tapi kalau soal makan, beuh... gak ada tandingannya!

Seraya ketiga temannya tengah terlibat dalam percakapan serius melebihi keseriusan sidang isbat, Amanda nampak mencuri pandang ke sudut kelas dimana pria yang merupakan penghuni tetap sudut kelas mereka terlihat tengah duduk santai diatas kursinya sembari membaca buku bersampul merahnya dengan tenang.

Ditemani terpaan sinar matahari pada pagi menuju siang hari ini, Kenzo nampak menikmati sapaan angin sepoi-sepoi yang masuk dari sela-sela jendela yang terbuka di lantai dua gedung fakultas mereka. Samar-samar gadis itu tersenyum, Kenzo nan seperti inilah yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan setitikpun ke arah lain. Hanya saja, semuanya menjadi agak rumit setelah pertemuan mereka di klub kemarin.

"Yaampun Man, gak bakal hilang kali... kenapa diliatin terus sih?" Ledek Julia sebagai orang pertama yang menyadari arah pandangan mata Manda saat ini, disusul oleh Arzie dan Gita setelahnya.

"Kalian makan duluan aja deh gais, gue ada urusan..." kata Manda dengan jawaban yang sangat amat tidak relevan. Padahal tadi Julia bertanya tentang A, tapi dirinya malah memberi tahu tentang B. Haduh, apa Amanda kurang akua?

"Urusan apa?" Tanya Julia lagi.

"Teater kayaknya" Jawab Arzie.

"Iya, teater. Tungguin gue lima menit dibawah, kalau gue belum dateng-dateng juga... ya udah, tinggal aja gak apa-apa." Amanda tak tahu alasannya kali ini cukup masuk akal dimata para sahabatnya atau tidak. Syukurlah tadi Arzie menyebut kata teater, kalau tidak... Amanda bakal semakin mati kutu dibuat oleh Julia.

"Beneran nih?"

"Iya, bener..."

"Oke, duluan ya." Julia dan Gita berlalu meninggalkan kelas, disusul Arzie yang menepuk bahunya sekilas dan mengedipkan sebelah matanya kepada Amanda. Jujur, dalam hitungan sekon Amanda langsung mengerti bahwa Arzie sepertinya tahu motif permintaannya ini. Tapi syukurlah, pria bermata minimalis itu tidak banyak tanya dan juga melakukan sebuah tindakan yang bisa mengacaukan misi Amanda.

Hingga kini, tinggal lah dirinya berdua dengan Kenzo diruangan kelas. Benar-benar hanya berdua, bahkan tidak akan cicak atau kecoa yang mau menjadi orang ketiga diantara kecanggungan ini.

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang