3 bulan kemudian...
"Liburan semester, lo semua udah ada rencana jalan-jalan kah?"
Pertanyaan seperti itu sudah menjadi bentuk wajib dari topik utama percakapan mereka, tiap kali menyentuh hari terakhir di minggu-minggu UAS. Arzie selalu menjadi pencetus pertanyaan, sebab jika ada satu temannya yang tidak punya rencana jalan-jalan, maka pria itu dengan senang hati akan membawa mereka untuk ikut liburan bersama keluarganya. Tahun kemarin, Julia ikut jalan-jalan bersama keluarga Arzie ke Malaysia. Sementara Amanda dan Gita belum pernah.
"Kakak sepupu gue mau nikah, jadi kayaknya gua bakalan fokus kesana dulu deh..." Sembari membaca halaman pada buku dihadapannya, Gita menjawab pertanyaan Arzie dengan malas. Gadis berkulit seputih salju itu memang akhir-akhir ini disibukkan dengan aktivitas membantu persiapan pernikahan kakak sepupunya, jadi mereka semua maklum akan hal itu.
"Kalau lo Jul?" Tanya Arzie lagi.
"Gue kayaknya mau cari-cari tempat buat magang dulu deh." Jawab Julia langsung.
"Oh iya magang, bener juga..." Arzie menepuk dahinya begitu tertampar oleh kenyataan. Namun hanya sebentar ia bersikap sok sadar diri seperti itu, sebab sedetik kemudian ia langsung mengarahkan tubuhnya kepada Amanda nan tengah fokus mengetikkan sesuatu pada layar laptop dihadapannya, "Kalau Manda gimana?" Tanya pria itu lagi.
"Manda gak bisa pergi-pergian, lo tahu sendiri kan kalau dia lagi sibuk nulis naskah buat buku perdananya?" Jawab Julia penuh pengertian.
"Oh iya, udah sampai halaman berapa memang Man?" Tanya Arzie.
"Masih 300-an, lagi mikirin endingnya gue."
"Udah lumayan banyak itu woy, gue disuruh bikin resume minimal 10 halaman aja langsung demam besoknya." Arzie membuang tatapannya kedepan, bertemu mata dengan Gita dan keduanya langsung tertawa. Pasalnya, ketika tugas itu diberikan, mereka berdua langsung tumbang. Arzie dengan demamnya, dan Gita dengan typusnya. Memang lemah mereka itu.
"Kalau disuruh nulis buku 300 halaman, kayaknya lo bisa tinggal nama doang deh Zie." Celetuk Julia setelahnya, namun celetukan itu hanya berjawab sebuah cibiran saja dari Arzie. "Habis ini kalian mau kemana nih gais? Langsung pulang kah?" Tanya Julia, si orang pertama yang mengakhiri kegiatan belajarnya hari ini.
"Duluan aja, gue mau balikin buku ke perpus." Jawab Gita.
"Eh, ikut dong Git!" Sahut Amanda sembari mengangkat satu tangannya keatas, persis bak murid yang hendak bertanya pada guru dikelas. "Oke, tapi nanti ada Ditho ya?" Ujar Gita memperingati diawal, sebab ia tahu, terkadang teman-temannya ini suka bete sendiri kalau Gita sudah asik berduaan sama Ditho dan mereka merasa terabaikan. Namun Manda nampak mengacungkan ibu jarinya setuju, lagipula ia hanya mengembalikan buku, tidak ada maksud lain di perpustakaan.
***
Perpustakaan.
"Mau pinjem lagi atau balikin doang?" Tanya seorang wanita berusia awalan kepala tiga dengan kacamata kotak nan membingkai wajahnya.
"Balikin doang." Jawab Gita.
"Saya mau pinjem lagi." Jawab Amanda, berbeda dari apa yang dikatakan sahabatnya.
"Oke, yang mau pinjem bisa naik ke lantai atas, kalau yang sudah selesai langsung bisa keluar."
Amanda mengangguk paham dan segera berjalan ke arah pintu lift yang akan membawanya ke lantai atas. Namun tiba-tiba pergelangan tangan gadis itu dicengkram oleh tangan Gita, dan begitu Amanda menoleh, ia mendapati tatapan mata Gita yang seolah bertanya apakah Amanda perlu ditemani ke atas atau tidak. Tentu saja Amanda bisa melakukannya sendiri, ia sudah terbiasa hidup seperti kucing liar yang berkelana sendirian di bangunan beraroma kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Titik
Teen FictionSemua orang memiliki awalan kisah mereka masing-masing, namun tak semua orang mengakhirinya sampai titik. Berbeda denganku, aku akan mengakhiri perasaan ini sampai titik terujung dalam kisah kehidupanku, terlebih lagi bab tentang dirinya. Bukan, buk...