15.

564 88 22
                                    

"Iya Om, tadi Manda bareng sama kami bertiga, terus tiba-tiba dia dibawa sama temen kami. Gak tahu kemana, tapi laki-laki Om."

"Siapa orangnya?"

"Kenzo Om."

"Oalaa... Kenzo."

Arzie sontak mengerutkan dahi dan menatapi layar ponselnya. Kenapa Wilson terlihat santai-santai saja? Sedetik kemudian barulah ia sadar bahwa ayah dari sahabat perempuannya itu sudah mengenal Kenzo. Maka tak heran jik ia sangat percaya bahwa Amanda aman ditangan Kenzo. Karena bagi Wilson, Kenzo dan Arzie sama saja kan? Sama-sama teman pria dari anak gadisnya.

"Tapi Kenzo yang tadi itu bukan Kenzo yang biasa Om lihat. Dia gak pake kacamata, dia juga minum--"

"Yang penting tetep Kenzo kan Zie?" Sela Wilson diujung sana.

"I-iya juga si Om." Akhirnya Arzie menyerah.

Setelah itu hanya terdengar suara tawa ala bapak-bapak dari seberang sana, Wilson juga mengucapkan terimakasih karena Arzie sudah mau bertanggungjawab akan Amanda sampai repot-repot menelepon malam-malam untuk memberi tahu keberadaan Amanda. Walau sehabis ini, gadis itu mungkin akan kena semprot ayahnya karena sudah pergi malam-malam dan mabuk-mabukan seperti ini.

Usai sambungan telepon itu terputus, Arzie kembali masuk kedalam mobil dan menatapi layar ponselnya lama. Ia menoleh kesamping dan mendapati Julia nan sudah tidur terkapar diatas bangku samping pengemudi. Melihat itu, Arzie hanya bisa membuang nafas panjang dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Setidaknya Kenzo sedikit meringankan beban gue malam ini." Gumam pria itu pelan.

***

Sementara itu, Kenzo tidak langsung membawa Amanda pulang ke rumah gadis itu, atau ke rumahnya. Kini mereka berdua terlihat berada di sebuah café sederhana dekat tempat pemberhentian. Manda nampak duduk diatas sebuah sofa pada café tersebut, dan tak lama kemudian Kenzo datang membawa sebuah kantung plastik ditemani seorang wanita nan membawakan satu nampan berisikan sup hangat untuk Amanda.

"Kasih ke dia aja Bu supnya." Kenzo menepuk sisi meja di depan Amanda sembari ia mendudukkan tubuh tepat di depan wanita itu. Tak lupa, Kenzo juga nampak mengeluarkan beberapa butir obat penghilang pengar, air mineral serta susu dari kantong plastik yang ia bawa.

"Aduh, masnya perhatian banget sama pacarnya." Puji wanita paruh baya itu kepada Kenzo nan sedari tadi sibuk menata obat diatas tissue, lalu meletakkan itu semua tepat di depan Manda. Tak ada respon dari keduanya, Manda hanya menganggap itu sebagai angin lalu, sementara Kenzo masih diam seribu bahasa, "Hehehe, harus dong bu." Balas pria itu tiba-tiba.

"Eh?" Kaget Amanda.

"Yaudah Mas, Mba, saya permisi ya..."

Setelah kepergian wanita itu, Kenzo nampak menyamankan posisi duduknya, sementara Amanda hanya menatap pria itu dengan sorot tatapan aneh. Ya, baginya Kenzo yang ada didepannya sekarang sangat-sangat aneh. Berhubung ia tak mau ambil pusing akan perkataan itu, Amandapun memilih untuk menghabiskan makanannya tanpa berkomentar apa-apa.

Walau sejujurnya, ia sangat butuh penjelasan sekarang.

"Kenapa sih muka lo sewot banget? Gak suka gue ajak kesini?" Tanya Kenzo sembari memandangi sosok Amanda yang tengah makan dengan malas dihadapannya sekarang, "Gue gak mungkin anter lo pulang dengan kondisi mabuk kayak tadi. Bisa-bisa gue di cap yang aneh-aneh sama bokap nyokap lo nanti."

"Lagian, ngapain juga sok inisiatif nganter gue pulang? Kan ada Arzie."

"Rumah lo sama rumah dia kan beda arah."

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang