5.

719 92 56
                                    

Sebuah pintu yang terbuat dari alumunium itupun terbuka, memuntahkan beberapa mahasiswa dan mahasiswi dari lantai atas yang hendak menginjakkan kaki di lantai dasar bangunan ini. Termasuk komplotan empat serangkai, mereka nampak melengos pergi keluar ruangan menuju parkiran mobil.

"Manda!" Seru Arzie kepada gadis dengan blus merah muda nan berjalan beberapa langkah lebih depan daripadanya. Maklum, hari ini Manda yang bawa mobil ke kampus, jadi dia ingin tiba di dalam mobil lebih awal untuk menyalakan AC atau memutar lagu favoritnya.

"Apa?" Tanya Amanda nan tengah merogoh tas hitamnya demi mencari keberadaan kunci dari mobil dihadapannya ini.

"Itu, Kenzo ke perpustakaan... lo gak mau ikut?" Tanya Arzie lagi.

Gadis dengan rambut diikat setengah itu refleks menoleh ke titik yang dimaksud, mendapati sosok pria dengan kemeja biru kotak-kotak yang dikancingi sampai leher tengah berjalan menuju koridor nan mengarah ke perpustakaan. Seperti biasa, ia hanya sendiri. Satu-satunya yang menemani langkah kaki pria berkacamaya itu hanyalah tatapan mata dari Amanda dan teman-temannya dari kejauhan sini.

"Gak usah lah, gue ngekor sama kalian aja." Jawab Amanda langsung.

"Wuah, mentang-mentang sudah sering ketemu di tempat latihan teater, sekarang jadi bosen ketemu terus ya Man?" Gita merangkul sahabatnya itu sampai Amanda masuk kedalam mobil dan ia duduk dibangku penumpang yang tepat berada dibelakang pengemudi, alias Amanda sendiri.

"Bukan bosen Git, tapi memang lagi pingin habisin waktu sama kalian aja." Balas Amanda nan tengah memakai sabuk pengaman pada tubuhnya, lalu menyalakan mesin dan menunggu Julia yang duduk disampingnya selesai memasangkan sabuk pengamannya, "Bisa gak Jul?" Tanya Amanda.

"Bisa-bisa," jawab Julia langsung. Gadis dengan rambut diikat ekor kuda itupun tersenyum dan menoleh kepada Amanda yang tengah mengendarai kendaraan. Tiba-tiba saja ia mengulurkan tangannya untuk menggelitiki dagu sahabatnya itu gemas seraya berkata, "Kenapa sih lo hari ini so sweet banget sama kita bertiga? Udah mau jadi supir dadakan, mau bagi jawaban pas quiz tadi, terus sekarang sok-sokan mau habisin waktu sama kita lagi. Ada apa si Man?" Tanya Julia gemas.

"Seriusan gak ada apa-apa Jul, astaga..." Amanda merotasi bola matanya malas dan tertawa sekilas dibuat Julia.

"Yaudah, kita pura-pura percaya aja ya gais." Ujar gadis bersurai hitam itu kepada dua sahabatnya yang duduk dibangku belakang. Sontak Arzie dan Gita mengacungkan ibu jarinya kepada Julia dengan hitungan serempak layaknya anak kembar. "Kalau begitu, gue yang mau minta tolong sesuatu sama Amanda. Bisa gak?" Tanya Julia dengan penuh hati-hati kepada gadis disampingnya ini.

"Apa tuh?" Tanya Amanda balik.

"Sabtu ini lo ada waktu senggang gak?"

"Ada"

"Beneran nih? Lo gak ada latihan teater atau jalan bareng sama keluarga, atau..."

"...Kencan sama Kenzo?" Tiba-tiba Gita ikut menimpali tanpa diminta.

"Gausah bahas-bahas dia anjir. Temen lo mau move on ya mohon bantuannya sedikit lah!" Arzie menepuk bibir sahabatnya itu pelan dan kembali menoleh kedepan, "Maafin kembaran saya ya, emang suka kehilangan kontrol kalo udah laper." Kata Arzie kepada dua gadis yang duduk di depan. Tentu soal kembaran itu hanya gurauan semata. Candaan barusan memang joke inside diantara mereka berempat, karena Arzie dan Gita adalah dua makhluk yang tanpa sengaja satu frekuensi dalam segala hal. Benar-benar seperti orang yang sama dalam versi  berbeda, yang satu cowok dan yang satu lagi cewek.

Amanda dan Julia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat dua saudara kembar beda rahim itu cekikikan layaknya orang gila dibelakang berdua. Kembali lagi gadis dengan blus merah muda itu menoleh kepada sahabatnya sekilas dan menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa memang Jul?"

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang