12.

541 85 46
                                    

"Hah? Kok tiba-tiba jadi makan malem!?"

Mendengar respon dari Jason, membuat dara berusia 21 tahun itu terkekeh pelan dan menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak terasa gatal. Disamping gadis tersebut terdapat dua sahabatnya yang selalu setia menemani dikala suka maupun duka. "Ya habisnya gimana Son, gue gak ada ide jawaban selain bilang gitu. Tapi kan setidaknya gue membantu lo buat bisa makan malem berdua sama Giselle. Iya kan?" Ujar Julia dengan pemikirannya sendiri. 

"Ya iya sih, Giselle juga kemarin sempet bingung. Dia bilang, kenapa gak lo aja yang langsung hubungin dia? Kenapa harus lewat Julia?" Arzie tiba-tiba bersuara, membuat Jason sontak mengangkat tangan dan meremas surainya frustasi. Pasti setelah ini, Giselle akan menilainya sebagai cowok pengecut yang gak berani berterus terang dengan wanita yang ia suka. Ingin rasanya Jason mengamuk, tapi disisi lain Julia juga cukup membantu. 

"Yaudah deh kalau gitu, nanti gue datengin dia langsung ke gedung fakultasnya." Pria itu menghela nafas pasrah berselimut kesal, dan langsung merampas selembar kertas ditangan Julia nan merupakan hasil pekerjaannya untuk tugas salah satu mata kuliah, dimana mereka berdua berada di kelompok yang sama. "Jangan lupa, nanti sore kerja kelompok di rumah gue." Jason nampak memperingati gadis tersebut. 

"Iya, siap." Jawab Julia lemas. 

Tak berselang lama setelah itu, tiba-tiba Arzie dan Gita nampak melambai pada seseorang dibelakang Jason. Membuat pria berparas tampan itu langsung menoleh kebelakang dan mendapati sosok Amanda berjalan dengan senyuman sumringah diwajahnya. Gadis bersurai panjang itu tanpa basa-basi langsung duduk disamping Jason, menghadap ke arah tiga sahabatnya nan juga tengah membalas tatapannya dengan sebuah makna dibalik semua tatapan tersebut. 

"Man..." Panggil Jason yang ternyata juga menjadi salah satu orang nan mengamati paras Amanda di meja ini, dari arah samping. 

"Apa?" Balas yang dipanggil langsung. 

"Lo kok gak bilang-bilang kalau main teater bareng sama Kenzo?" Tanya Jason heran, "Gue kaget parah pas lihat muka lo berdua terpampang di depan gedung pementasan kemarin sore. Wah gokil, bisa jadi bahan ledekan temen-temen sekelas lo berdua habis ini." Jason tertawa menunjuk Amanda, sementara yang ditertawakan hanya melirik ketiga sahabatnya dengan tatapan melas meminta pertolongan yang tersirat.

"Mana ada yang mau ledekin mereka berdua? Orang Kenzo dingin begitu." Respon Gita yang langsung diangguki kepala oleh Arzie, "Kalau lo berani ledekin Amanda sama Kenzo, siap-siap lo yang malu sendiri di kelas." Arzie menunjuk ke arah Jason, membuat pria kaya raya itupun akhirnya bungkam dan menggendikkan kedua bahunya bersamaan sebelum merapihkan tasnya dan bangkit berdiri dari tempat dimana ia duduk tadi. 

"Mau kemana lo?" Tanya Amanda kepada Jason. 

"Pulang." 

"Loh? Bukannya masih ada matkul habis ini?"

"Aish, lo ngeledek gue ya!?" Jason mengangkat tangannya seperti ancang-ancang ingin memukul Amanda menggunakan kertas ditangannya, namun gadis itu tidak bergerak sama sekali sebab ia tahu Jason tidak mungkin setega itu.

Terdengar suara Gita, Arzie dan Julia tertawa melihat interaksi dari dua manusia dihadapan mereka. Sampai akhirnya Jason pamit meninggalkan keempat sahabat itu, dan Amanda menoleh kepada tiga temannya, "Kenapa sih?" Tanya Manda polos. 

"Ish! Lo beneran gak tahu kalau Jason cuman dapet jatah 22 SKS? Dia gak ambil matkul yang habis ini Mansky..." Gita mencubit pipi Amanda sekilas, sehingga gadis itu mengangguk paham dan keheninganpun kembali tercipta diantara mereka. 

Julia kembali sibuk dengan makan siangnya, Gita nampak asik dengan dunia di dalam ponselnya, sementara Amanda masih menoleh ke kanan dan ke kiri mencari menu makanan yang sepertinya menarik untuk menemani makan siangnya saat ini. Sehingga tersisalah Arzie seorang diri. Pria itu hanya mengamati gerak-gerik ketiga sahabatnya tanpa membuka suara, sebelum akhirnya ia mengangkat tangan bak orang meminta izin untuk berbicara. 

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang