8.

606 90 22
                                    

"Lo anter gue sampai situ aja. gue gak enak sama lo kalau harus ketemu orangtua gue lagi." 

Kenzo melirik sekilas ke arah persimpangan jalan yang dimaksud oleh Amanda. Alih-alih menuruti perintah temannya itu, Kenzo malah terus melanjutkan laju kendaraan hingga mobil hitam tersebut berhenti sempurna di depan kediaman keluarga Amanda. Baru setelah itu, keduanya nampak keluar dari pintu mereka masing-masing, dimana kedua orangtua Amanda sudah menunggu di depan gerbang. 

"Demi apapun, gak biasanya gue ditungguin kayak gini." Gumam Amanda seraya berjalan mendekat kepada sang papa dan mama lalu memberi salam kepada sepasang suami istri tersebut diikuti Kenzo setelahnya. Walaupun Amanda terkesan bicara sekilas, namun Kenzo masih bisa menangkap maknanya dengan baik. 

"Malam Om, Tante..." Sapa Kenzo setelah mencium kedua tangan orangtua Amanda. 

"Malam Kenzo, terimakasih lho sudah antar Manda kerumah..." Ujar sang mama dari gadis disampingnya ini. 

"Sama-sama Tante." 

"Kenzo sudah makan?" 

Pertanyaan dari Wilson sontak membuat Kenzo terdiam sejenak sebelum menoleh kepada Amanda yang sudah memberikan tatapan mencekam kepadanya. Kenzo paham betul Amanda berharap sebuah penolakan keluar dari mulutnya. Namun malam ini maaf beribu maaf harus Kenzo ucapkan kepada Amanda karena ia memilih untuk masuk kedalam goa singa. 

"Belum Om, tapi pulang dari sini mau langsung cari makan sih." Jawab Kenzo sopan. 

"Nah, kalau gitu makan dirumah Om aja, lumayan kan bisa ngirit uang bulanan?"

"Waduh Om, saya jadi ngerepotin lagi deh hari ini." 

"Enggak kok enggak, Julia jauh lebih ngerepotin daripada kamu." 

Manda seketika tercengang saat mamanya langsung membuka pagar rumah dan sang papa nampak merangkul Kenzo untuk masuk kedalam rumah alih-alih dirinya sendiri yang notabene anak kandung dari kedua orangtuanya. Begitu Kenzo hendak masuk kedalam rumah, gadis itu bisa melihat pria berkacamata tersebut nampak melayangkan senyuman penuh kemenangan untuknya, membuat Amanda harus menyumpah serapahi dewi keberuntungan nan lalai manjalankan tugas baginya malam ini. 

.
.
.
.
.
.
.

"Julia memang ngerepotin gimana? Kok sampai berbekas gitu di ingatan bokap lo?" 

Amanda yang mendapat tugas untuk membungkus makanan supaya bisa dibawa Kenzo pulangpun sontak menoleh kebelakang dan mendapati sosok pria berkacamata itu tengah menarik kursi disampingnya dan duduk diatas sana. Kenzo menyatukan kedua tangannya diatas meja dengan sikut yang bertumpu, menanti respon dari Amanda yang masih belum membuka suara karena terlalu fokus menata semuanya. 

"Gue pernah main bola sama dia di ruang tamu, terus foto keluarga gue pecah karena gak sengaja ketendang. Terus kita pernah iseng-iseng main selip-selipan di tiang-tiang hiasan halaman belakang, cuman buat buktiin sekurus apa tubuh kita. Tapi siapa sangka? Julia nyangkut dan akhirnya hiasan itu harus dirubuh total supaya dia bisa keluar dari sana. Gimana? Ngerepotin kan?" Jawab Amanda dengan panjang kali lebar kali tinggi. 

"Ck! Lagian lo berdua, udah jadi anak kuliahan tapi masih aja main kayak bocah." 

"Itu namanya menikmati hidup, bukan kayak bocah. Lo belum nemuin aja orang yang bisa diajak main kayak begitu," Amanda mengikat ujung plastik pembungkus dengan kuat dan beralih pada beberapa camilan diatas meja makan, "Mencari kebahagiaan itu gak harus ke bar atau klub, Kenzo. Gue gak ada maksud apa-apa bicara begini sama lo, cuman mau kasih tahu aja." Ucap Amanda mengklarifikasi perkataannya sebelum Kenzo salah tangkap sendiri. 

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang