17.

604 85 31
                                    

Hari ini adalah jadwal Kenzo pulang ke rumah, sementara di apartemen sudah ada Brian yang sengaja ia suruh pulang duluan agar tidak mengganggu kencannya dengan Amanda. Tunggu, Kencan? Apakah tadi itu pantas disebut kencan? Bahkan Kenzo sendiri sampai mengusap bibirnya ragu, tak yakin jika barusan tadi adalah kencan pertamanya dengan Manda.

Setelah gerbang rumah dibukakan oleh seorang satpam, pria itupun memarkirkan kendaraan beroda empatnya di tempat biasa. Tak langsung turun dari mobil, Kenzo nampak menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil. Ia memejamkan mata sejenak, lalu menarik nafas dalam-dalam hingga seluruh pasukan oksigen memenuhi rongga paru-parunya saat ini.

Astaga, bahkan aroma tubuh gadis itu masih tersisa menemani Kenzo selama perjalanan tadi.

Kembali tersadarkan oleh kenyataan, Kenzo langsung membuka mata dan menampar pipinya pelan berulang kali sebagai bentuk menyadarkan diri sendiri. Setelah itu, barulah ia turun dari mobil dengan tas ransel nan ia simpan di bagian belakang mobil.

Seperti biasanya, masuk ke dalam rumah bukanlah suatu hal yang mendebarkan bagi Kenzo. Dengan malas, pria itu memandangi suasana remang-remang di dalam rumah. Lampu oranye yang menyala, membuatnya merasa seperti memasuki rumah hantu ketimbang masuk kedalam rumah sendiri.

"Sudah datang Mas Ken?"

Suara bi Alan terdengar dari arah dapur. Kenzo sontak mengangguk dan mendongkak keatas, mencari keberadaan sang Mama yang belum terlihat gerak-geriknya. Namun syukurlah bi Alan langsung peka akan gestur tubuh pria berkacamata itu, sehingga tak perlu bertanyapun, Kenzo sudah mendapat jawaban atas pertanyaannya.

"Ibu sudah tidur Mas Ken, tenang aja... hari ini juga ibu makannya lahap," Bi Alan mengacungkan ibu jarinya kepada Kenzo, membuat senyuman simpul langsung tercipta dari wajah tampannya. "Bapak juga pulang lagi tadi sore, sekarang ada di halaman belakang, gak tahu ngapain." Ujar wanita berbaju merah muda dengan motif bunga kecil-kecil itu.

"Dari jam berapa bi?" Tanya Kenzo lagi.

"Jam setengah 4 lah kira-kira."

"Oh," Kenzo mengangguk paham, "Makasih infonya ya bi." Jawab Kenzo sebelum ia melangkah menuju halaman belakang yang dimaksud oleh bi Alan barusan.

***

Sementara itu, suasana disebuah kantor terlihat sangat amat padat hari ini. Yah, mungkin bukan hanya hari ini saja, tapi hari-hari biasanya juga sudah begitu. Hanya saja, bagi mahasiswi magang seperti Julia, kesibukan seperti ini sangat-amat melelahkan. Tak heran, kantung mata gadis itu menjelaskan semuanya. Bahkan ia hanya makan roti lapis dan juga minum minuman isotonik sejak tadi pagi.

"Ini laporan bulanan yang kakak minta kak." Julia meletakkan satu map diatas meja salah satu bilik pada ruangan tersebut. Tak ada balasan terimakasih, Julia seolah tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan itu dan langsung melesat pada ruangan lain untuk melakukan hal yang sama pada salah satu bilik di ruangan itu.

"Surat jalannya ada disini semua ya Pak." Kata Julia lagi.

Sungguh, menjadi seorang mahasiswi yang bekerja paruh waktu sebagai mak comblang jauh lebih baik ketimbang seharian penuh bekerja sebagai pekerja kantoran begini. Sampai akhirnya ia tiba di meja kerjanya sendiri, langsung saja gadis itu merubuhkan tubuhnya dengan meletakkan kepala diatas meja kerjanya nan penuh akan tumpukan berkas tersebut.

Jam dinding di dekat jendela berkata bahwa Julia memiliki waktu 20 menit untuk menenangkan diri dan pikiran sebelum ia harus menghadap kepala divisi demi melapor sekaligus meminta tanda tangan atas lembar evaluasi kerja kerasnya hari ini. Yah, memejamkan mata sedikit, bisa kan?

Saking larutnya ia akan suasana tenang ditengah-tengah badai kesibukan, sampai-sampai ia tak menyadari bahwa sepasang kaki tengah mendekat ke arah mejanya. Bukan hanya mendekat, sosok pria dengan sepatu pantofel itu nampak berdiri tepat disamping meja Julia dan mengamati wajah terlelap gadis tersebut dengan senyuman sinisnya.

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang