2.

967 111 27
                                    

"Lo sakit? Kenapa akhir-akhir ini pake masker terus?" Tanya Arzie.

Amanda menggeleng kuat dan kembali fokus membaca buku berhalaman tebal ditangannya. Kini dirinya dan Arzie tengah berada diperjalanan menuju kampus mereka tercinta, dengan Arzie yang mengendarai mobil sementara dirinya hanya duduk disamping sang pengemudi sembari membaca buku materi untuk kuis hari ini.

Sahabatnya itu benar, akhir-akhir ini Amanda sedikit pelit memamerkan wajahnya pada orang-orang sekitar. Bahkan dikelas pun ia tetap memakai masker seperti orang sakit. Jika ditanya alasannya kenapa, tentu ia tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban sesungguhnya. Biasanya Manda hanya akan membalas itu semua dengan, "Lagi jerawatan" dustanya.

Karena sampai sejauh ini, dirinya belum memberi tahu ketiga sahabatnya itu mengenai pertemuan mendadaknya dengan Kenzo di klub malam kemarin. Syukur jika pria itu datang dengan kacamata serta buku tebalnya. Masalahnya, Kenzo benar-benar berbeda 180 derajat di klub malam kemarin! Mungkin orang-orang nan melihatnya tak akan pernah menyangka jika pria beraroma semerbak serta perokok itu merupakan cowok paling kutu buku dan anti sosial di kampus.

Pertanyaannya...

Apakah dua sisi dalam diri pria itu hanya dirinya yang tahu? Atau jangan-jangan semua itu sudah menjadi rahasia umum? Jika dugaan keduanya tenyata benar, sia-sia lah Amanda menutupi semua itu dan bersikap seolah tengah memegang rahasia dunia ditangannya. Apalagi jika tiba-tiba semuanya terungkap, maka dia akan terlihat seperti orang terbodoh di dunia. Sangat bodoh!

"Woy, kenapa diem!?" Teguran Arzie memecah lamunan Amanda di pagi hari yang indah ini.

"Ngagetin aja lo!" Gadis itu menepuk lengan pria disampingnya ini dan kembali membaca bukunya. Namun dalam hitungan sekon setelahnya, Amanda kembali menutup bukunya dan menatap lurus kedepan seraya membuang nafas panjang nan terdengar seperti helaan nafas dari seseorang yang berbeban berat.

"Mikirin Kenzo ya lo?" Tebak Arzie.

"Ck! Ngapain juga gue mikirin dia?"

"Tapi gue punya berita bagus buat lo," Arzie memainkan jemari tangannya pada kemudi mobil dan tersenyum penuh makna kepada sang sahabat disamping, "Gak tahu juga sih bakalan bagus atau enggak, tapi siapa tahu berita bagus."

"Ya apa? Langsung ngomong aja apa susahnya si Zie? Pake segala tarik ulur lagi lo kayak orang pdkt."

"Tentang Kenzo." Jawab Arzie langsung pada inti pembicaraan, sesuai seperti apa yang Amanda mau. Pria itu bisa melihat gadis disampingnya ini tengah menoleh kepadanya begitu nama tersebut terucap olehnya. Memang dasar Amanda, tingkah lakunya paling tidak bisa membohongi isi hatinya.

"Kenapa dia?"

"Dia dapat tawaran dari anak-anak teater buat jadi pemeran dalam teater musikal tahun ini. Belum tahu sih bakal jadi apa, tapi besar kemungkinan bakalan jadi pemeran utama."

"Memangnya dia bisa akting, nyanyi sama nari?"

"Gak tahu deh gue, tapi denger-denger tahun kemarin dia daftar bareng si Johny, tapi gak lolos. Terus ternyata, tahun ini dia ditawarin tanpa perlu daftar... kayaknya memang ada peran yang cocok banget sama dia, sampai anak-anak teater ngejar dia gitu."

"Lo tahu darimana beritanya?"

"Grup obrolan anak-anak cowok di kelas."

"Kalian punya grup gituan?"

"Punya dong..."

"Ih, aneh!"

Arzie hanya memeletkan lidahnya jahil begitu Amanda mengatai dirinya dan grup chat teman-teman sesama prianya di kelas aneh. Dia tidak akan mengambil hati perkataan Amanda yang spontan itu, karena terkadang gadis itu memang suka bicara spontan mengenai isi hati dan kepalanya. Padahal jika ditela'ah, makna yang sebenarnya hendak ia katakan tidak sepenuhnya seperti itu.

Sampai TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang