PART TIGA

2.9K 546 22
                                    


                       

Sagara hanya mengantar Maysa hingga ke depan pintu. Mengucapkan salam perpisahan sebelum Maysa berlalu pergi. Biasanya jika Maysa bertamu, dia selalu mengantar hingga ke bawah. Namun hari itu mood-nya kurang baik hingga merembet menjadi rasa sakit di kepala.

Ketika nafsu sudah sampai di ubun-ubun tetapi tidak menemukan pelampiasan, maka seseorang bisa meradang. Dan tentu saja dia tidak akan bisa melampiaskannya kepada orang lain.

Jadi, mandi air dingin adalah satu-satunya solusi.

Semua gara-gara perempuan sok pintar itu!

"Kali ini lo masih gue maafin. Tapi besok-besok kalo lo berulah lagi, lo nggak bakal selamat!"

Sagara merasa harus mengintimidasi Seira sebelum berlalu menuju kamar mandi.

Argh! Semua ini gara-gara mami!

Lagi-lagi Sagara meninju dinding kamar mandi hingga buku-buku tangannya memerah dan berdenyut nyeri. Dia tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada perempuan, tapi kalau keadaan mendesak, apa boleh buat.

No. Mami akan sangat murka jika dia sampai menganiaya Seira. Jadi untuk saat ini, dirinya masih harus lebih bersabar sambil berusaha mencari jalan untuk membuat Seira tidak lagi betah hidup bersamanya. Pelan-pelan, hingga bahkan mami tidak akan menyadari hal itu. Mami akan melepas menantu idamannya dengan ikhlas dan kehidupannya akan kembali normal seperti dulu ketika hanya Maysa yang hadir dalam kehidupannya.

Tapi memikirkannya saja ternyata capek juga. Dia tidak akan pernah bisa menang melawan mami sampai kapanpun. Selama mami masih hidup.

Seusai membersihkan diri, Sagara memakai pakaian dan berbaring di tempat tidur. Hutang tidurnya belum terbayar. Hal yang aneh sejak sering menginap di rumah sakit. Pola tidurnya jadi berubah, sulit sekali tidur di malam hari sebelum lewat tengah malam.

Dia membalikkan badan yang semula tertelungkup. Dalam keadaan telentang, kedua matanya terarah ke pintu. Di balik pintu, mungkin Seira tengah menonton TV dengan santai seolah tidak ada yang telah terjadi. Sagara mendengus kesal, karena dia malah jadi penasaran apa yang dilakukan perempuan itu di luar kamar.

Dengan malas, dia bangun dan membuka pintu. Ternyata benar, Seira sedang berada di sana, di sofa tamu. Tapi pemandangan kali ini sungguh aneh. Tidak ada yang menyuruhnya bekerja bakti bersih-bersih apartemen di jam segini.

Lalu, apa maksud Seira menggunakan hairdryer di atas sofa yang tadi didudukinya bersama Maysa?

Tidak hanya menggunakan hairdryer, tapi Seira pun memanfaatkan vacuum cleaner mini untuk membersihkan permukaan sofa dari ujung ke ujung hingga ke bantal-bantalnya.

Apa Seira jijik sampai harus membersihkan sofa berulang-ulang. Memangnya apa yang akan dia temukan di sana? Wabah penyakit baru?

Sagara menutup pintu kembali. Bukan hal yang mudah untuk kembali tidur ketika libidonya masih dalam keadaan aktif.

Bagaimana jika dia melampiaskannya kepada Seira?

Bukan karena suka, tapi karena butuh. Karena sepertinya akan sangat sulit bertemu Maysa, kecuali dia nekat mengunjungi Maysa di SG. Tapi sejak menikah, dia enggan mengambil resiko sampai ketahuan mengatur pertemuan dengan Maysa. Benar kata Maysa, mereka hanya harus bersabar.

Tapi sampai kapan? Menunggu tanpa kejelasan batas waktu malah akan membuat hidupnya semakin tidak tenang. Dia hanya butuh kedamaian hidup bersama perempuan yang dicintainya. Apakah sesulit itu Tuhan mengabulkan keinginannya?

OVERRATED WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang