Pergi?
Ke mana dia akan pergi ketika satu hal yang ingin dilakukannya adalah bertahan di sisi Sagara.
Apakah Sagara masih tidak mengerti juga?
"Jangan mengatakan sesuatu yang kamu nggak yakin akan melakukannya. Kamu tau persis bagaimana posisiku sekarang. "Kemarahan Seira berusaha ditahannya sebelum memuncak dan meledak.
"Seira, aku serius."
"Aku nggak mau dengar."
"Aku sadar kalau aku banyak salah."
"Aku bilang, aku nggak mau dengar!" tegas Seira.
Bayangan masa depan versinya adalah bertahan dengan keadaannya sekarang. Dia tidak akan pergi kemana-mana ketika takdirnya sudah terbentuk seperti ini.
Mereka seringkali membahas sesuatu yang menyakitkan perasaan di saat mereka sedang makan bersama. Tapi kali ini mengapa terasa begitu pilu? Hatinya sakit.
Awan mendung sudah mengumpul di pelupuk mata Seira. Hanya menunggu detik hingga dia menumpahkan segenap emosinya. Hari itu jadi terasa semakin melelahkan.
"Baik."
"Baik apanya?" Seira kini tidak bisa lagi menahan airmatanya. Seira tidak sanggup meski hanya sekadar melihat wajah Sagara.
Sagara membuang napas panjang dan segera mengakhiri makan malam. Dia belum beranjak, hanya diam dan terus diam. Mungkin telah menyadari jika semakin banyak kata-kata, Seira akan semakin tersakiti.
"Lebih baik nggak usah dibahas lagi." Sagara akhirnya mengalah.
***
Seira tidak mengakui di depan Sagara, meski di dalam hatinya telah ada orang lain.
Orang itu adalah Randi.
Seira mengenal lelaki itu karena dikenalkan oleh Nadin di sebuah restoran yang ternyata milik Randi. Pertemuan mereka tidak terlalu membekas di hati Seira karena saat itu dia masih tetap berkomitmen untuk tidak menjalin hubungan dengan laki-laki lain sambil menunggu pesta pertunangan dengan Sagara yang akan digelar setelah Seira lulus kuliah.
Tidak disangka, hubungan pertemanan di antara mereka meningkat menjadi hubungan yang lebih dekat. Seira menemukan sosok dewasa dan perhatian dalam diri Randi. Tapi Seira tidak mau mengkhianati komitmen untuk tetap menjadi tunangan Sagara hingga menikah. Maka dia mencoba membatasi komunikasi dengan Randi.
Sampai suatu ketika Randi mengutarakan niat untuk menikahinya. Randi mengambil langkah mundur ketika Seira jujur akan keadaannya yang telah memiliki calon suami, lantas membuat komunikasi di antara mereka terputus begitu saja. Mereka tidak bermusuhan, namun hanya saling menghindar setiap ada kesempatan bertemu.
Demi kebaikan bersama.
Seira melakukan pengabaian demi pengabaian yang lambat laun menyakitinya. Mengabaikan perasaannya demi menyenangkan orang lain. Sambil berharap jika suatu saat nanti Sagara akan melihat dan menghargai segala pengorbanannya.
Tapi semua dilakukan bukan lagi karena cinta.
Karena sudah sangat lama cintanya kepada Sagara dia hapuskan dari hatinya.
Cinta berubah menjadi rasa benci yang berusaha dia sembunyikan di balik senyum dan tawa.
Kalaupun hingga detik ini dia bertahan, semata karena Seira menganggap dia masih cukup kuat menghadapi segala masalah di dalam pernikahan.
"Aku berangkat dulu. Pulangnya sore."
Seira awalnya tidak menanggapi ketika Sagara pamit kepadanya. Lalu dia terpikir sesuatu yang mengganjal pikirannya sejak berhari-hari. Sejak Sagara selalu pulang sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
General FictionSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...