PART TIGA PULUH DELAPAN
Seira akhirnya memberanikan diri mengucapkan kata-kata yang tertahan di ujung lidah.
Demi apapun, sangat sulit berucap saat pikiran dan mulutnya tidak sinkron.
Jadi seperti ini rasanya? Pengalaman pertama disentuh secara intim oleh orang lain yang adalah Sagara, suaminya sendiri.
This is not right.
This is wrong, but addicted.
I can stop but I won't.
What should I do?
"Kenapa, Sayang?" Sagara tidak begitu paham karena terlalu berkonsentrasi pada gerakan mulut dan tangannya.
Bagaimana berhenti? Bagaimana menolak?
"Kamu serius?" tanya Seira lirih. Dilihatnya, Sagara belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Seharusnya dia memahami posisi Sagara yang mendambakan hal ini sejak lama. Tetapi, Seira tidak bisa menyerah begitu saja ketika dia masih bisa menolak.
"Apa aku terlihat sedang main-main sama kamu?" tanya Sagara saat menciumi perut Seira. "Aku serius. Aku mau kamu."
"Tapi, aku butuh waktu."
"Kamu masih punya waktu untuk mikir, karena aku masih menikmati makanan pembuka."
Istilah awam bagi Seira yang minim pengalaman bercinta. Apakah maksud Sagara, mereka akan menuju ke bagian yang lebih panas dari yang tengah mereka lakukan sekarang?
Akal sehatnya seakan sedang mengambil jatah libur ketika Sagara mengeksplorasi bagian-bagian tubuh vital dan sensitifnya tanpa ampun dan tanpa jeda. Apalagi ketika jemari Sagara bergantian memasuki tubuhnya dalam ritme teratur dan pelan. Sensasi panas dingin, geli, tetapi didominasi rasa nikmat yang begitu kental mempermainkan batinnya.
Pertahanannya runtuh oleh serangan demi serangan yang dilancarkan Sagara di titik-titik sensitif di tubuhnya. Dia enggan membohongi diri karena rasanya nikmat sekali. Cecapan demi cecapan di kedua ujung payudaranya membuatnya hilang akal.
Ke mana Seira yang enggan disentuh karena merasa Sagara begitu menjijikkan?
Selama ini dia berusaha menghindari laki-laki itu.
Tapi rasanya melelahkan terus menghindar, sedangkan kini Sagara telah menemukan titik lemahnya dan seperti enggan melepaskan sebelum mendapatkan apa yang diinginkan.
Masih terbawa dalam pusaran gairah, Seira mencoba menarik diri.
Hal ini mungkin tidak normal dilakukan ketika seseorang tengah mendaki jalan menuju kepuasan. Kenikmatan yang dirasakannya tidak tertahankan, hingga rasanya seperti melayang tinggi dan enggan kembali menapak bumi. Dia manusia normal, perempuan normal yang bisa jatuh pada dan tunduk pada hawa nafsu. Apalagi bercinta adalah sesuatu yang selama ini membuatnya penasaran karena belum pernah sekalipun mencobanya. Hanya sebatas menerka bagaimana rasanya dan kini berkesempatan merasakannya menerbitkan perasaan yang sulit digambarkan. Sensual, menyenangkan, tetapi terasa salah dalam waktu bersamaan.
Mungkin karena Sagara begitu lihai memperlakukannya dengan penuh kelembutan.
Atau mungkin karena Seira telah lama mendambakan kesempatan ini, sampai dia tersadar bahwa laki-laki yang tengah menggagahinya adalah Sagara. Laki-laki yang coba dia hindari selama ini untuk menyentuhnya karena satu alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
Genel KurguSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...