PART TIGA PULUH SATU

2.4K 448 10
                                    


"Lo ngobrol sama siapa tadi?"

Pertanyaan itu menyambut Seira saat akan duduk. Sejenak, Seira memerhatikan keadaan di sekeliling mereka. Pada ujung kain sarungnya yang seperti agak kepanjangan ketika hendak duduk, khawatir menginjak ujung taplak yang menjuntai hingga ke lantai.

Sagara berhenti makan hanya untuk bertanya soal siapa yang menemaninya mengobrol. Tajam juga matanya. Atau tanpa Seira sadari sejak tadi, Sagara memerhatikan gerak-geriknya.

"Yang mana?"

"Berjenis kelamin laki-laki."

Orang yang Sagara maksud sudah pasti Randi.

"Kakaknya Nadin. Namanya Randi," jelas Seira secara singkat.

Jawaban itu kontan mengundang pertanyaan baru.

"Udah nikah?"

"Belum." Seira baru saja akan duduk, tapi disempatkannya menjawab daftar pertanyaan yang diajukan Sagara. Seperti bermain kuis, kelar satu pertanyaan terjawab, berlanjut ke pertanyaan lain sampai waktu habis.

"Teman?"

Seira mendesah. Kenapa jadi mirip interogasi begini sih?

Ketika dia tidak menjawab, Sagara kembali bertanya.

"Mantan?"

"Kenapa jadi pengen tau?" balas Seira ketus.

Baik dirinya maupun Sagara mulai memakan makanan masing-masing. Tepatnya, Sagara sudah hampir menghabiskan makanan sementara Seira baru mulai makan. Dua orang yang semeja dengan mereka juga sibuk mengobrol. Sejak pertama duduk bersama dalam satu meja, dia dan Sagara sempat menyapa kedua ibu-ibu yang sama-sama berkebaya ungu. Kalau dilihat dari seragam kebaya yang dikenakan, sepertinya mereka kerabat Nadin.

Pertanyaan tadi tidak mendapat jawaban. Sagara malah memilih menghabiskan makanan dan menyudahi makan dengan air putih yang dibawa oleh pelayan ke meja.

"Habis ini mau langsung pulang kan?"

"Hmm. Pamitan dulu sebelum pulang." Seira tahu tidak akan memiliki waktu banyak untuk mengobrol dengan Nadin karena Nadin pasti akan sangat sibuk sebagai mempelai, menyalami undangan satu-persatu. Belum lagi harus memenuhi permintaan berfoto bersama dengan relasi dan kerabat yang sangat banyak.

Sagara mengeluarkan ponsel dari saku, sekadar membunuh waktu menungguinya selesai makan. Tadinya Seira pikir, Sagara akan menyuruhnya cepat-cepat makan karena dia tidak punya banyak waktu menunggu. Tapi Sagara cukup sabar menunggunya selesai makan. Itupun masih ditambah menikmati potongan buah dan dessert es krim.

Setelah selesai dengan urusan perut, mereka beranjak menuju pelaminan untuk bersalaman sekali lagi sekaligus berpamitan. Nadin memintanya untuk tidak pulang cepat, tetapi Seira cepat-cepat beralasan kalau Sagara ada urusan lain setelah dari acara tersebut. Kedua orangtua Nadin sepertinya mengenali Sagara sebagai anggota keluarga Cokroatmojo. Ayah Nadin bahkan sempat mengajaknya mengobrol kemudian meminta fotografer memotret mereka bersama kedua mempelai.

"Sukses ya proyeknya." Ayah Nadin menepuk-nepuk lengan bahu Sagara sebagai bentuk dukungan.

Seira jadi bertanya-tanya apakah keluarga Nadin dan keluarga Sagara saling mengenal satu sama lain. Tapi sekilas didengarnya, ayah Nadin menyebut-nyebut papi dengan sebutan ayah kamu, disertai beberapa kalimat panjang yang tidak didengarnya jelas, dikarenakan gemuruh dan suara musik.

"Terimakasih, Om."

Tuh, malah dipanggil Om.

Jangan-jangan mereka ada hubungan keluarga?

OVERRATED WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang