Hai hai...long time no see. Almost 2 weeks ya teman2 pembaca
Happy reading! :)
PART DUA PULUH TIGA
Awalnya Seira hendak melakukan perlawanan. Tapi rupanya kekuatan Sagara lebih dominan, sehingga kini tubuhnya berada di bawah kendali Sagara. Seira benci kenyataan ini. Benci mengapa dia harus menerima perlakuan Sagara yang dinilainya seperti sebuah pembuktian akan dominasi Sagara terhadapnya.
"Bajingan!"
Seira berteriak sekeras mungkin kepada Sagara yang baru saja menggigit lehernya. Selain karena hal ini memalukan, juga karena rasa perih yang dirasakan di bagian bekas gigitan.
"Dasar kanibal!"pekik Seira lagi.
Kali ini Sagara menunduk, menempelkan keningnya kemudian menekankan hidungnya ke wajah Seira. Entah apa yang dia inginkan. Tapi Seira harus melakukan sesuatu untuk menjauhkan jarak di antara mereka. Dia semakin berontak hingga salah satu tangannya terlepas dari pegangan Sagara. Tanpa ragu, Seira melayangkan tamparan ke pipi Sagara. Sagara bergeming sambil memegangi pipinya yang terkena tamparan.
Seira bergegas bangun dari tempat tidur setelah berhasil mendorong tubuh Sagara.
Rasain!
"Jangan coba mendekat lagi," ancam Seira.
Gerakan tangannya menampar Sagara tadi, bukanlah hal yang disengaja. Separuh hatinya menyadari jika dia melakukan tindakan yang salah. Dia memang marah, dia tidak suka diperlakukan sekasar itu. Tapi, seharusnya dia bisa menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan secara fisik. Lagipula kata bajingan sudah cukup mewakili perasaannya.
Sagara hanya terus memegangi sebelah pipi dan mengambil ponsel dengan tangannya yang bebas. Dia berbalik, seperti hendak mengatakan sesuatu tetapi urung.
Sagara pasti sangat marah dengan pembalasannya. Karena Seira cukup yakin jika tamparan tadi sangat keras. Karena saat ini, telapak tangannya yang menampar Sagara masih terasa berdenyut-denyut dan panas. Belakangan tersisa rasa gatal disertai rasa seperti ditusuk-tusuk. Warna telapak tangannya pun cukup merah.
Seira kembali duduk di tepi tempat tidur ketika Sagara sudah menjauh darinya. Langkah laki-laki itu terhenti di depan jendela yang tertutup tirai.
Sulit menjelaskan perasaannya kali ini.
Sangat sulit.
Sejak awal pernikahan, Sagara tidak pernah bersikap sekasar ini. Perlakuannya sebatas pada ungkapan kata-kata pedas yang lambat laun mulai dianggap biasa oleh Seira. Bukannya Seira suka dimaki, ya tentu saja tidak ada manusia yang suka dimaki. Tidak ada manusia yang sudi menjadi sasaran umpatan oleh orang lain.
Sagara mengalami masa kelam dan rasa frustrasi setelah mami masuk rumah sakit. Sagara menyimpan banyak hal dalam benak, tanpa ingin dibagikan. Sehingga dia meluapkan kemarahannya kepada sesuatu. Kepada orang lain.
Dan dia cukup yakin, dialah yang menjadi sasaran kemarahan Sagara.
Begitu juga kali ini.
Sagara tidak berniat penuh menyakitinya. Sagara hanya bermaksud mengancam. Namun karena sulit mengontrol diri, ancaman berubah menjadi sikap kasar. Sikap Sagara berubah-ubah, semakin lama semakin membingungkan.
Seira tidak tahu apa yang bisa dilakukannya selain masuk ke kamar mandi untuk menenangkan diri sekaligus memeriksa kondisi lehernya. Sagara masih berada di dalam kamar, dan dia enggan melihat Sagara berlama-lama. Dia akan memikirkan langkah selanjutnya begitu dia sudah yakin untuk keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERRATED WIFE
Fiction généraleSeira Dahayu, telah lama mengetahui jika dirinya dan Sagara terikat kawin gantung sejak mereka masih kecil. Kala itu Seira masih berusia 9 tahun dan Sagara berusia 11 tahun. Ia bahkan diminta untuk tidak menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ma...